Siang itu, ketika bel istirahat berdering, Jimmi bergegas keluar dari kelas. Ia hendak menuju kantin tetapi badannya dirangkul M dan digiring ke arah lapangan.
"Kita main basket. Sudah lama tidak memegang bola," ujar M. "Lagipula, aku tidak terlalu lapar."
Jimmi tidak menolak ajakan M. Ia menurut saja karena sejujurnya ia juga rindu bermain basket bersama.
Di tengah pertandingan, Jimmi melihat Amy berdiri bersama seorang cowok yang baru Jimmi lihat berada di sekolah ini. Ia diam-diam memperhatikan gerak-gerik cewek itu.
"Jimm, tangkap!“ teriak M.
Jimmi menangkap bola dan segera melakukan dribble ke arah ring lawan. Namun, matanya menangkap Amy tengah tertawa akrab dengan cowok itu. Alih-alih melemparkannya ke dalam ring, Jimmi melempar bola itu ke arah si cowok yang tengah mengobrol dengan Amy.
"Kau kenapa, sih?" tanya teman-teman Jimmi heran, termasuk M.
"Biar aku yang ambil," kata Jimmi kemudian menghampiri Amy.
M melihat Jimmi dari kejauhan dan baru menyadari apa yang terjadi. Ia juga baru menyadari kalau Amy bersama seorang cowok. Tadi ia lihat Amy bersama dua orang cewek kelas X.
"Kenapa, sih, dia?“ tanya Zack mendekati M.
"Cemburu."
"Oh...." Mata Zack ikut memperhatikan apa yang M lihat. "Dia si anak baru, kan?"
"Kau kenal cowok itu?" M melirik Zack yang tengah menganggukan kepalanya.
"Namanya Jason Brad... Brand... apalah itu. Dia anak baru di kelasku."
"Jason Brant?“
"Nah, benar. Kau mengenalnya, M?“
M diam sejenak. Ia terkejut mendapati rupa Jason yang sangat berbeda dengan kali terakhir ia melihat anak itu. "Apa benar dia Jason Brant yang itu?" gumam M.
"Tubuhnya lumayan juga, ya? Gimana kalau kurekrut jadi tim basket?“ Zack bertanya lebih kepada dirinya sendiri, bukan pada siapa pun. "Woh, dia memeluk Jimmi!“ teriak Zack sambil membelalakkan mata.
"Dia memang si Jason!“ M menutup mulutnya dengan tangan kanan, tak percaya bahwa cowok kekar itu si anak gendut yang semasa SD sering ia ledek.
Ketika Jimmi kembali dengan bola jingga di tangannya, M langsung menghampiri. "Dia Jason?" tanya M memastikan.
Jimmi melempar bola pada Zack yang kini berada di tengah lapangan. "Ya. Benar."
"Ternyata sainganmu berat, Jimm!" M menyenggol bahu kawan karibnya. "Dia keren, lho!“
Jimmi memejamkan mata dan merapatkan gigi, kesal. "Menurutmu, Amy bisa menyukainya?"
M menatap tubuh Jason yang tegap, tinggi dan besar. "Kau mau jawaban jujur?" Ditepuknya bahu Jimmi. Sahabatnya itu mengangguk. "Jujur saja, kurasa dia tipe yang tidak akan ditolak cewek manapun," bisik M.
Jimmi menunduk mendengar perkataan M. Rasanya sama seperti ketika ia tidak bisa menyelesaikan persamaan kimia. Frustrasi, pusing dan marah. "Aku duluan ke kelas."
§§§
Amy menatap pengumuman di mading dengan nanar. Itu adalah hasil ujian terakhir kimia. Hal yang menyesakkan Amy adalah angka nol yang berdempetan vertikal yang berada di kolom sebelah namanya.