He Is Not My Brother

Keita Puspa
Chapter #46

First Date

Jimmi membawa Amy ke arah kios-kios kosong yang belum berpenghuni. Ia menatap tajam adik M dengan mata cokelatnya. 

"Kau gila, hah?" tanya Jimmi. "Kenapa tiba-tiba bilang seperti itu di depan anak-anak?" Jimmi bukannya tidak senang. Ia terlalu shock untuk bahagia. Kini ia malah mengkhawatirkan Amy. Ia takut gosip cepat menyebar dan hal yang tidak diinginkan terjadi lagi di sekolah. 

"Kupikir kau akan senang. Tapi ternyata memang kau cuma main-main aja, ya, selama ini." Amy balas menatap tajam Jimmi dengan sedikit amarah terpancar di mata hitam itu. "Haaa... aku kepedean, ya?“ Amy membuang muka. Ia menyesal telah mengatakan hal itu sekarang. Tapi setidaknya ia tahu bagaimana reaksi cowok dihadapannya ini. 

"A-aku senang, kok." Jimmi meletakkan kedua tangan di bahu Amy. "Aku benar-benar senang, Am," ulang cowok itu. Kemudian ia menarik tubuh Amy ke pelukannya. 

"Jangan bohong!" Amy mendorong tubuh Jimmi. 

"Aku bahagia sekarang, karena itu berarti kau menyukaiku, kan?" Jimmi tersenyum lebar. "Aku hanya tidak ingin ada rumor di sekolah. Aku mengkhawatirkanmu, kau tahu?" 

"Aku sudah siap dengan semua itu. Kita harus melakukan yang terbaik jika kita menginginkan sesuatu, kan?" ucap Amy serius. 

Jimmi tersenyum kemudian tertawa mendengar kata-katanya di-copy-paste oleh gadis di hadapannya. "Kau yakin ini yang terbaik?" 

Amy mengangguk. "Tiga bulan lagi kalian akan pergi. Aku tidak mau menyesal karena tidak pernah mengatakan aku menyukaimu."

Jimmi menarik tubuh Amy dan merangkul bahu gadis itu. "Kalau begitu mari kita lakukan!"

"Apa?" Amy menoleh melihat wajah Jimmi yang terlihat semakin keren dengan senyuman menawan yang tak pernah Amy lihat sebelumnya itu. 

Jimmi menatap Amy, membuat gadis itu harus mengingatkan dirinya sendiri untuk tetap menapakkan kaki di bumi. "First date," katanya. 


§§§


Sepanjang malam minggu itu terasa damai bagi M. Terlalu damai. Ia bisa tersenyum bebas di hadapan Weni, menonton film aksi yang tengah digemari para remaja kemudian makan malam bersama tiga orang yang disayanginya. Kadang M merasa ganjil malam itu tetapi ia tidak mengerti apa yang salah. Semuanya bahagia dan apa yang salah dengan itu? 

Minggu pagi yang dinanti pun tiba. Seperti biasa cowok itu telah siap dengan pakaian olahraganya. Ia menggedor kamar Amy tetapi tidak ada jawaban. Dibukanya pintu kamar pelan-pelan dan terlihat adiknya itu tengah tertidur pulas. 

"Amy! Bangun! Kau gak ikut lari? Hei...." M mengguncang tubuh adiknya pelan. 

"Ha? Apa? Masih ngantuk...." Amy menggeliat kemudian berbalik memunggungi kakaknya. 

"Kau gak mau lari bareng aku dan Jimmi?“

Mata Amy terbuka sempurna mendengar nama itu disebut. "Tunggu, aku ganti baju dan cuci muka dulu."

Lihat selengkapnya