He Is Not My Brother

Keita Puspa
Chapter #50

Too Bussy

Hai, apa kabar? 

Kemarin aku berhasil ganti sabuk. Sekarang aku sabuk ungu. Hebat, kan? Hehehe... 

Kemarin aku kesal pada Val dan Sifa. Sekarang mereka juga sudah punya pacar. Hal-hal yang mereka bahas jadi tentang cowok melulu. Membuatku agak malas untuk berbicara dengan mereka. 

Kau tahu yang mereka bahas apa? Ciuman pertama! Yeikz...!!! Hal-hal seperti itu harusnya privasi dan tidak usah dibicarakan dengan orang lain, kan? :(

Ah, gimana dengan kuliahmu? Lancar? Sepertinya tidak usah kuragukan lagi. Pacarku ini jenius, kan? 

Lalu bagaimana kabar kakak? Apa dia baik saja? Apa benar dia putus dengan Kak Wen? Ah, apa M tidak apa? Dia tidak pernah menghubungiku lagi sejak seminggu lalu. Jika ada apa-apa dengannya, bilang segera padaku, Jimm. 

Terakhir, kalau ada waktu... ayo video-call. Aku merindukanmu dan kakak. 

Baik-baik di sana. Jangan goda cewek mana pun! 


Love, 

The one and only Amy


Amy menekan tombol send. Kemudian ia menyimpan ponsel pintarnya kembali ke tas. 

"Habis ngapain?“ tanya Zack seraya duduk di bangku depan. Sekarang Amy sekelas dengan Zack dan Val. 

"Hanya kirim e-mail."

"Kau mau bantu proyek sekolah tidak?“ tanya Zack yang kini telah menjadi Ketua Murid. Masa jabatan Olie telah usai dan Zack adalah pemenang pemilihan KM berikutnya. 

"Proyek apa?“

"Sekolah kita akan mengadakan lomba cerdas cermat antar sekolah dari SD sampai SMA. Kami kekurangan orang untuk jadi panitia, hehe...." Zack terkekeh kecil. 

"Kenapa kalau butuh tenaga, kalian menghubungiku? Ish!“

"Itu karena kau ada di deretan utama orang yang bisa diandalkan. Gimana? Kami butuh seksi konsumsi. Kasihan Sifa kalau dia sendirian mengurusnya."

Amy merengut sebal. Akan tetapi gadis itu kemudian mengiyakan permintaan Zack. "Oke. Selama tidak mengganggu jadwal karate."

"Terima kasih, Am. Nanti kubagi cokelat!“ seru Zack yang langsung pergi keluar kelas. 

Amy mengembuskan napas pelan. Satu tahun belakangan ini ia memang selalu menyibukkan diri dengan beragam kegiatan. Selain karate, Amy ikut membantu manajemen klub basket, juga sering membantu Zack dengan kegiatan sekolah seperti yang ia setujui barusan. 

Sejak M dan Jimmi pergi, Amy selalu kesepian di rumah besar Larry. Mrs. Larry sangat sibuk dan sering pulang larut. Ia seringnya hanya bersama asisten rumah tangga di rumah itu. Karenanya Amy berusaha mencari kegiatan di luar sebanyak mungkin. Ia bahkan selalu belajar di perpustakaan sekolah atau perpustakaan umum daripada di rumah. 

Dalam setahun ini, M dan Jimmi hanya pulang sekali ketika mereka libur semester. Ketika itu mereka bertiga kembali berkumpul dan bercanda secara langsung karena selama mereka berjauhan, mereka hanya bercanda di discord atau saluran telepon. Itu pun hanya beberapa menit. 

Belakangan, dua cowok itu jarang menghubungi Amy. Sepertinya mereka sibuk dengan studinya. Sudah sebulan ini Amy tidak melihat wajah mereka berdua via sambungan langsung. Ketika dihubungi, mereka selalu tengah sibuk dengan tugasnya masing-masing. Seminggu ini Amy telah berhenti menelepon mereka. Ia hanya mengirimkan surat melalui email yang biasanya masih kedua cowok itu balas. Meskipun balasannya muncul setelah beberapa hari. 

"Am, bisa kau periksa stok roti yang ada? Aku akan membagikan ini pada peserta," ujar Sifa. Ia terlihat menarik sebuah troli berisi tumpukan box berisi makanan. 

Amy yang sedari tadi melihat layar ponselnya langsung mengangguk. Ia berdiri. Namun, pandangannya gelap. Ia menunduk sejenak, merasakan sensasi beban berat di kepalanya. 

"Kau tak apa?“ Sifa menghampiri Amy dan memegang bahu gadis itu. 

"Tidak apa-apa. Sepertinya aku kebanyakan duduk," ucap Amy meyakinkan Sifa. "Pergilah... akan kuperiksa stoknya cukup atau tidak."

"Baik." Sifa segera pergi mendorong troli. 

Amy melakukan apa yang Sifa perintahkan. Ia menghitung roti-roti lezat yang masih berada di pallet-nya. 

"Celaka, sepertinya kurang." Gadis itu segera berlari menuju aula sekolah, menghampiri Zack dan Sifa yang tengah membagikan konsumsi pada semua peserta lomba yang telah hadir. 

"Sif... stoknya kurang," bisik Amy. 

Lihat selengkapnya