Semarang 2010 ...
Aku hanya seorang gadis biasa dari keluarga sederhana. Orang tuaku memiliki usaha warung makan yang cukup layak sebagai sumber penghasilan kami. Walau tidak kaya, tapi berkat kerja keras Bapak dia bisa menghidupi keluarga dan menyekolahkan anak-anaknya.
Namaku Aralia Putri Baskoro, teman-teman biasa memanggilku Ara. Umurku delapan belas tahun, aku bukanlah gadis pintar seperti dalam novel-novel yang kalian baca. Satu-satunya kelebihan yang aku punya adalah kelebihan berat badan. Begitu kata Mas Ian, kakakku.
"Ara, Woy!"
"Aish," aku mendesis kesal sambil mengusap kepalaku yang baru saja dipukul dengan buku oleh Gea. Gadis dengan tubuh mungil ini adalah sahabatku sejak kecil.
Memukul, menendang, dan menoyor kepala adalah sebuah hal yang sudah biasa terjadi antara aku dan dia.
"Gila kamu, ya, dipanggil dari tadi malah bengong!"
"Ck ... ada apaan sih ribut-ribut? nggak tahu aku lagi asyik menghayal apa."
"Halah paling juga lagi menghayal soal mantan tercinta, kan? Buruan deh, katanya mau lihat musik vidio Galaksi yang baru aku download, mumpung belum ada guru!"
Ya, aku dan Gea memiliki hobi sama, yaitu menjadi fun girl sebuah boyband luar negeri yang kala itu tengah naik daun, karena saat itu perkembangan internet belum secepat sekarang, kalau ingin menonton idola harus bersusah payah ke warnet.
"Serius, ayo!" jawabku antusias, lalu secepat kilat menarik Gea menuju ke tempat biasa kami bisa berteriak-teriak sepuasnya.
"Pelan-pelan dong, Ra, aku capek tahu mengikuti jalan kamu yang kek bebek itu."
Aku mengabaikan protes Gea dan terus menariknya. Namun, tiba-tiba kepalaku terasa membentur dada seseorang.
"Aduh .. kalau ja-" aku memotong kalimat begitu menengadah dan mendapati Davin kini berdiri menjulang di depanku. Cowok tinggi itu tampak khawatir karena melihat aku hanya diam sambil mengusap dahi yang sedikit sakit. Atau aku yang terlalu percaya diri kalau dia khawatir? Tapi tatapannya padaku selalu terasa berbeda.
Kata orang cinta pertama itu ibarat kutukan, karena selalu tak mudah untuk di lupakan. Aku sangat setuju, karena aku juga mengalami kutukan itu selama lebih dari dua tahun ini pada Davin. Gara-gara ditinggal pas lagi sayang-sayangnya, aku belum bisa move on dari cowok di depanku ini. Padahal sudah menjelang kelulusan. Membayangkan hari-hariku tanpa melihat dia saja rasanya sangat sedih apa lagi kalau nanti kita harus berpisah saat kelulusan? Pasti aku akan menangis berhari-hari.
"Ra, kamu nggak pa-pa?" suara Davin terdengar mengalun lembut di telingaku. Tatapannya membuat aku tak bisa bernapas untuk beberapa saat. Bahkan aku hanya bisa menggeleng sebagai jawaban.
"Kalau sakit aku antar ke UKS aja yuk."
Mendengar ucapan itu, seketika terdengar suara koar dari tiga sahabat Davin yang kini ada di belakangnya. Wajahku semakin memanas.
"E-enggak usah, aku duluan ... dah!" Tanpa pikir dua kali aku langsung menarik tangan Gea.
“Ra, Nanti pulang sekolah sama aku, ya, aku mau ngajak kamu jalan!”
Mendengar ucapan itu aku pun memutar tubuh, lalu mengangguk pasti ke arah Davin. Dalam hati aku bersorak bahagia.
"Kok kita puter ke kelas lagi? Bukannya mau non-"
Aku mengabaikan ucapan protes Gea dan hanya mengarahkan tatapan tajam pada gadis itu agar menurut saja, sebab detak jantungku sudah tidak bisa diajak kompromi lagi karena terlalu gugup. Keringat dingin pun terasa sudah menetes di dahi.
"Ck ... kamu ya kebiasaan banget kalau ketemu Davin jadi blo'on," ucap Gea sarkas ketika kami sudah duduk di kelas.
Aku tak memedulikan kekesalan gadis berambut sebahu itu, karena masih sibuk menata detak jantung yang berpacu. Rasanya hatiku masih sama seperti dulu ketika pertama kali jatuh cinta dengan Davin. Aku tersenyum tanpa sadar, bahkan menangkupkan kedua tangan ke pipi karena euforia yang tengah aku rasakan. Ah ... cinta pertama memang seindah ini.
"Dasar gaje!" Di sebelah Gea terdengar semakin kesal.
"Biarin, week!" balasku sambil menjulurkan lidah ke arahnya.
"Kamu tuh jangan mudah terbawa suasana napa, sih, Ra, kamu nggak lupa, kan, bagaimana dulu dia mempermainkan kamu? Lugu jangan dipiara mulu, udah mau lulus juga."