"Hay guys!" Fany tiba-tiba datang merangkul bahuku dan Gea dari belakang ketika kami sudah hendak masuk kelas, gadis bertubuh tinggi dan ideal itu tampak sumringah hari ini. Berbeda denganku dan Gea yang masih terlibat perang dingin.
"Kalian berdua pada kenapa? Muka ditekuk gitu," sambung Fany sambil menatap aku dan Gea bergantian.
"Tahu tuh sahabatmu ... diemin aku dari kemarin," adu Gea dengan wajah ditekuk.
"Kok jadi nyalahin a-"
"Ara!" Suara panggilan itu menghentikan kalimatku yang hendak membalas ucapan Gea. Aku tersenyum senang begitu memutar tubuh dan mendapati Davin tengah berjalan ke arahku bersama beberapa temannya.
"Ck, males banget liat itu cowok." Aku mendengar Gea mengatakan itu lalu langsung masuk ke kelas. Terserah dia lah aku tak peduli karena fokusku saat ini adalah Davin.
"Kamu kemarin dimarahi mama kamu nggak?" tanya Davin setelah berhenti tepat di depanku.
Aku tersenyum dan menggeleng malu-malu. Sementara teman-teman Davin pergi lebih dulu.
"Ara masih pagi udah pacaran aja," kali ini Dandi, teman satu kelasku yang meledek kami.
Aku hanya bisa menjulurkan lidah ke arah cowok berwajah manis itu. Karena masih ada Davin aku harus sedikit jaga image.
Aku sedikit kaget waktu Davin tiba-tiba menarik tanganku agar mendekat dan kami pun duduk bersebelahan di depan kelas. "Em ... nanti istirahat kita ketemu, ya, ada yang mau aku bicarakan," ujarnya kemudian.
Tanpa menunggu lama aku pun langsung mengangguk dengan semangat. Belum cukup dengan kekagetan tadi, Davin tiba-tiba mengusap kepalaku dengan lembut. Tubuhku menegang ketika mata kami saling beradu. "Kamu cantik hari ini," sambungnya kemudian.
Kalimat itu benar-benar membuat aku tak bisa bernapas, wajahku rasanya panas sekali karena malu. Jangan tanya soal jantungku yang sepertinya sudah mau copot ini.
Namun, tak berapa lama, Elena dan dua temanya melewati kami. Aku bisa menangkap kalau Davin mengarahkan pandangnya mengikuti gadis itu. Lalu tak lama kemudian dia membuka percakapan lagi. "Aku ke kelas dulu, ya, nanti aku chat kamu lagi kalau istirahat. Semangat ikut pelajarannya!" ujarnya lalu pergi dari hadapanku begitu saja tanpa menoleh lagi. Karena aku dan Davin memang beda jurusan jadi dia tentu pergi ke kelasnya.
Sejujurnya aku memikirkan ucapan Gea semalaman, apa benar Davin mendekatiku lagi hanya demi Elena? Tak ingin pusing dengan semua itu aku lebih memilih masuk kelas. Di tempat duduk kami, Gea dan Fany tampak tengah asyik bercengkerama.
"Gimana PDKT kemarin? Apa Davin udah ngajak kamu balikan lagi?" Fany membuka percakapan. Sebelum menjawab aku menatap Gea lebih dulu.