"Jadi kamu tadi bener ketemu bocah itu lagi?" Gea bertanya tanpa mengalihkan perhatian dari ponselnya. Sesekali dia tampak tersenyum saat membaca pesan yang aku yakin dari Arya, dilihat dari display name yang tadi tak sengaja terlihat.
"Ho'oh ... entah kenapa, ya, aku kok makin penasaran sama itu anak."
"Awas ... awalnya penasaran, nanti lama-lama suka loh." Gea mulai menggodaku tanpa melepas pandangan dari layar gawai.
"Ck ... ya kali aku suka sama adik kelas, enggak banget." Aku menyangkal dengan yakin, karena selama ini aku paling menghindari memiliki hubungan dengan adik kelas. Apa lagi aku sempat meledek Fany habis-habisan setelah dia terlibat adu mulut dengan gadis lain di sekolah, karena pacarnya yang anak kelas sepuluh ketahuan selingkuh. Menurutku itu sangat memalukan, bisa-bisanya dia dipermainkan bocah ingusan sampai sedemikian rupa.
"Awas loh pamali, nanti tahu-tahu bener pacaran." Gea kembali menggodaku
"Cukup, ya, aku penasaran karena dia itu misterius banget kelihatannya. Kadang-kadang tatapannya bikin orang kasihan, tapi tiba-tiba bisa bikin orang kesal karena kalimat sinis yang keluar dari mulutnya."
"Sudahlah enggak usah ikut campur masalah orang, mending kamu urus aja, tuh, si brengsek Davin. Cari cara kek buat balas dendam, jadi dia enggak terus-terusan memanfaatkan kamu."
Aku terdiam karena ucapan Gea, kenapa aku bisa lupa soal Davin? Secepat ini? Aku mulai heran pada diri sendiri. Biasanya aku butuh waktu sampai beberapa hari untuk terus larut dalam kesedihan.
"Aku musti balas dendam yang bagaimana? Kalau dia suka sama Elena ya udah. Masa aku harus nangis-nangis dan mohon-mohon."
Mendengar ucapanku, Gea mengalihkan perhatian dari ponsel dan mengarahkan tatapan heran. "Tumben, biasanya, kan, kamu emang gitu. Apa lagi kalau soal Davin."
Perkataan Gea membuat aku kembali terdiam. Gadis di depanku pun menautkan alisnya karena aku tak kunjung menjawab.
"Ck ... udah deh itu enggak penting, kata kamu tadi aku harus balas dendam sama Davin? Kamu punya cara?" Aku sengaja mengalihkan topik agar Gea tak semakin mencecar dengan banyak pertanyaan.
"Kamu tarik ulur aja hatinya," Gea mulai berbicara dengan serius.
"Maksudnya?"