Suara motor butut sudah terdengar dari kejauhan ujung gang iman. Tidak hanya itu suara melengking wanita yang bersahut-sahutan dari setiap rumah yang dilewatinya terdengar sampai ke telinga Titi.
Mama sudah mempersiapkan meja untuk menerima titipan kue dari ibu-ibu setempat. Termasuk titipan risol isi ayam dengan balutan kulit yang crunchy yang pasti rasanya maknyus buatan mbak kantin alias mbak Kiki.
"Assalamualaikum," ucap mbak Kiki sambil menampakan gigi yang putih dan rapi itu.
"Wa'alaikumussalam," sahut Mama membalas senyumannya. Titi masih sibuk membereskan sterefoam di steling dan merapikan bahan-bahan untuk jualan sarapan pagi.
"Enak ya Bun, punya anak gadis bisa bantuin jualan,"
"Alhamdulillah, makanya Mbak Kiki cepet-cepet dong nikahnya,"
"Jodoh saya aja belum lahir Bun, hihihi," wanita bertubuh bahenol itu terkekeh dan mama tertawa mendengar ocehannya.
"Yuk, berangkat bareng, daripada kamu naik angkot, ntar digangguin sama Abang supirnya," ajak mbak Kiki. Titi bergegas membereskan tugasnya lalu memberi salam kepada Mama. Gadis yang memakai ransel berwarna abu-abu itu berangkat ke sekolah bersama motor hitam keluaran tahun 2004 bersama mbak Kiki.
๐๐๐๐๐
Titi sudah tidak sabar masuk ke kelas ibu Raisyana. Guru pelajaran seni musik. Selain suaranya yang seperti Celine Dion versi SMA Harapan Bangsa, dia juga wanita yang sangat sabar menghadapi kelakuan siswa laki-laki yang selalu berusaha menghindari pelajarannya.
"Hari ini kita akan belajar untuk menyanyikan lagu daerah dari Indonesia bagian timur, siapa aja dari kalian yang ingat judul-judul lagu daerah tersebut?" kata wanita berlipstik merah merona itu.
"Es Lilin mah Cece.., Bu." Asep mengangkat tangan dan bersuara dengan logat sundanya.
"Itu dari Jawa Barat Kang Haaseepp. Indonesia bagian Timuurrr. Timuuur!" balas Elis dengan mata yang melebar. Asep hanya membalas dengan tawa diikuti teman sekelas.
"Ayam Den Lapeh, asal Sumbar, Bu" tambah Hakim dengan logat padangnya pula.
"Ini lagi satu, emang Sumatera Barat bagian Timur Indonesia?" sahut Titi.
"Kan ngelawak, lucu nggak, lucu nggak?!" balas Hakim lagi.
"HUUU!!" sahut teman sekelas.
"Yang lain?" Bu Syana hanya tertawa geli.
"Moreee..Bu. Pada tahu nggak kalian?" teriak Anggi, gadis bermata kecil itu.
"More? Lagu asal mana tuh? Papua?" sahut Eka mengerutkan dahi.
"NTB kelesss, Nusa Tenggara Barat ya bukan Nusa Tenggara Bandung." Anggi menekan nada suaranya kesal dan siswa lain menertawakan Eka.
"Satu Nusa Satu Bangsa, Bu Syana" sambung Joko dengan polosnya.
"Itu lagu nasional, Jok..." sambar Lala.
"Oh lagu nasional, Padamu Negri!!" semangat Joko dan seisi kelas menertawakannya. Joko malah celingak-celinguk, bertanya kepada teman di sampingnya apa yang sedang mereka tertawakan.
Bu Syana pun hanya tertawa melihat kelakuan siswanya. Jeje dan teman sekelasnya yang sedang rehat setelah latihan trik menendang bola di lapangan mendengar tawa gemuruh itu.
"Rame bener anak IPA I," ucap Reno. Dia dan Jeje menghampiri kelas itu dan mengintip dari balik jendela.
"Ada lagi? Indonesia timur berapa provinsi?Yang tahu hanya 1 saja?" tanya Bu Syana lagi.
"YAMKO RAMBE YAMKO!!" teriak George M. Bush, lelaki berkulit hitam asal kota Sorong itu.
"Betul!" sambut Bu Syana.
"๐ถAronawa..kombe..
๐ถHee yamko rambe yamko aronawa kombe..๐ถ" sambungnya lagi dengan nyanyian. Alunan suara yang keluar dari mulutnya menyemangati Titi.
"๐ถTeemi nokibe kubano ko bombe ko
Yuma no bungo awe ade..๐ถ" sahut Titi dengan suara merdunya.
"๐ถTeemi nokibe kubano ko bombe ko
Yuma no bungo awe ade
Hongke hongke hongke riro
Hongke jombe jombe riro
Hongke hongke hongke riro
Hongke jombe jombe riro..๐ถ"
Para siswa sekelas ikut bernyanyi sambil menjadikan meja dan bertepuk tangan sebagai pengikut musiknya. Kelas the master bergemuruh.