Setelah membagikan form untuk para peserta yang akan mengikuti festival, Ijal segera kembali ke lapangan. Tim basket berjulukan Tiger Boys dari jurusan IPA dan Perusuh dari jurusan IPS sudah bersiap dan menunggu kedatangannya. Begitu pria yang memakai baju training berwarna biru itu sampai ke lapangan, para siswi mulai berlarian dan mengelilingi lapangan menjadi penonton. Alan sang kapten Tiger Boys berhadapan dengan Nanda kapten Perusuh. Ijal mulai meniup peluit dan pertandingan dimulai.
Tidak hanya para siswa-siswi yang bersorak menjadi penonton, Pak Tono guru Fisika, Pak Gandhi guru Bahasa Indonesia hingga guru paling killer Bu Rosma. Awal pertandingan diungguli poin Perusuh. Tiger Boys semakin bersemangat untuk merebut poin. Alan dan kawan-kawan terlihat berapi-api untuk memasukkan bola ke dalam ring.
Pertengahan pertandingan, Titi dan siswa kelas IPA I baru saja selesai praktek pelajaran komputer. Mereka bubar dari laboratorium dan melihat keseruan di lapangan. Titi dan Lala hanya menjadi penonton dari depan kelas mereka di balkon lantai dua. Poin Perusuh semakin bertambah. Tiger Boys sudah tertinggal jauh. Ijal sebenarnya cukup kecewa, perwakilan IPA sepertinya akan gagal lagi maju sebagai perawakilan sekolah melawan SMA Negeri 101 Minggu depan.
"Udah, Lan, nggak usah beneran mainnya. Capek, kan, lo. Udah pasti tim gue yang bakal maju." Bisikkan Nanda saat mendribble bola dihadapan Alan, membuat pria berkumis tipis itu semakin panas. Alan pun menggebu-gebu merebut bola dari tangan Nanda. Sementara, pertandingan sudah di ujung waktu. Rasa kesal, malu dan semangat yang tiada habisnya, menambah poin untuk Tiger Boys.
"Priiit!!!!" Peluit panjang sebagai tanda pertandingan sudah berakhir. Poin Tiger Boys tidak bisa mengejar Perusuh. Lagi. Kekalahan yang harus ditanggung Tiger Boys. Malu iya, kesal jangan ditanya lagi. Anak IPA hanya bisa membalasnya dengan olimpiade Sains.
"Wuuuuhuu!!!" teriak Perusuh bersama para pendukungnya.
Sejak ditinggal Ijal, Tiger Boys memang sudah tidak menjadi harimau, mereka sudah menjadi kucing. Bukannya latihan, malah sibuk berdandan untuk mendapat perhatian para gadis. Maunya dielus-elus. Yah!
Semester Pertama Kelas X
Berawal dari Ijal yang ditunjuk Pak Fendi menggantikan Roni, salah satu pemain tim basket di semester pertama Ijal duduk di bangku kelas X. Ijal satu-satunya pemain timnas Harapan Bangsa termuda yang ikut perlombaan antar sekolah. Karena kepiawaiannya dalam mencetak poin setiap pelajaran olahraga. Sejak saat itu, tim basket memenangkan empat pertandingan dalam waktu setahun. Ijal disahkan menjadi kapten, bersamaan dirinya menjadi ketua Paskibra. Tim basket diberi julukan Tiger Boys sebenarnya ide Ali, siswa XI IPA 3 dan Raka alias Kacung teman sekelas Ijal. Tadinya, Ali mengajak Ijal untuk membentuk gang motor. Ijal menolak karena ingin fokus untuk menjadi ketua OSIS next generation. Akhirnya Tiger Boys, mereka putuskan untuk menamai tim basket.
Akhir semester kelas XI, Ijal berhasil menjadi ketua OSIS dan Ali masih bersemangat untuk mengajak Ijal dalam geng motor yang sudah dia sahkan tanpa Ijal. Dengan nama yang sama Tiger Boys.
"Tiger Boys bukan cuma tim basket berprestasi di sekolah, tapi juga geng motor yang aktif kegiatan sosial masyarakat, terutama remaja yang putus sekolah. Jadi, lo tenang aja, kita bukan geng motor yang berandal," jelas Ali lalu menepuk pundak Ijal.
"Kalo ngomong emang gampang, waktu lo turun ke jalanan, lo bisa berubah jadi orang lain dalam sekejap," balas Ijal menatap Ali. Angin malam di pinggir jembatan itu, ikut membujuk Ijal.
"Niat baik memang nggak selalu kelihatan baik, selalu ada orang yang melihat sisi buruknya aja. Terserah lo, gue juga nggak akan maksa. Dua saudara juga nggak akan selalu sependapat, kan?" Ali memasang wajah sedikit muram. Senyum tipis di bibirnya menutupi kecewa itu. Setelah berpikir panjang, Ijal akhirnya menerima ajakan Ali. Harapan Bangsa yang selalu terlibat 'perang' dengan SMA Negeri 112, mulai bersahabat dan tidak lagi bersikut-sikutan di jalanan. Sampai akhirnya suatu peristiwa besar terjadi.
*******