"Akhir-akhir ini, saya sering mendengar keluhan bahwa konsumen produk kosmetik BeLook menerima item yang salah ketika ia memesan secara online lewat website resmi kita. Sekarang sudah banyak orang yang menjadi korban masalah ini. Kalian tahu betapa buruknya masalah ini terhadap branding perusahaan!" Bos Yao, direktur divisi make-up BeLook mengatakan hal tersebut dengan marah.
Seluruh peserta hadir di ruang rapat hari itu terperanjat kaget. Namun, semuanya tetap tutup mulut. Tidak ada yang berani menanggapi.
"Sebenarnya apa yang terjadi dengan divisi kita? Bagaimana cara kita mempertanggungjawabkan hal ini pada konsumen?" tanya Bos Yao tegas. Pertanyaan itu langsung menyudutkan semua peserta rapat.
"Bos Yao." Seorang wanita mengangkat suara, mencoba berpendapat. Bos Yao menoleh dan memandang wanita itu dengan tajam. "Sepertinya ada masalah dengan website-nya," ujar wanita itu hati-hati.
"Astaga! Masih ada masalah apa lagi? Cepat katakan!" gerutu Bos Yao tak sabar.
"Sepertinya, ada bug[1] di website resmi kita. Dengar-dengar, para content writer di departemen marketing merasa kesulitan saat hendak memperbarui informasi tentang produk di website, padahal kita semua tahu jaringan internet di kantor BeLook sangat baik. Berarti ada yang bermasalah dengan respon website-nya. Sepertinya masalah ini berawal dari bug tersebut," ujar wanita itu lugas. "Hal ini kemungkinan menyebabkan informasi pembaharuan yang seharusnya diterima pengunjung website terhambat, lalu muncullah masalah ini." Wanita itu menghela napas, lalu menunduk sambil memilin ujung blazer-nya.
Bos Yao menggaruk dagunya sambil memikirkan ucapan wanita tadi. "Pendapat bagus," sanjungnya. "Kalau begitu, apa yang bisa kita lakukan untuk memperbaikinya?"
"Saya hanya orang public relation. Mengenai masalah ini, saya tidak terlalu mengerti cara penyelesaiannya. Saya kira kita perlu memanggil web-developer untuk mengatasi masalah ini," usul wanita tersebut.