Ada kalanya, beberapa hal di dunia ini tidak bisa berjalan sesuai dengan keinginan. Chen Ai menyukai Zhao Nan. Ia sangat yakin dengan hal itu. Namun, ia juga tahu pasti ia tidak bisa berbuat lebih lanjut. Zhao Nan menyukai gadis lain dan bahkan sudah berpacaran dengannya. Chen Ai tahu berpacaran di masa SMA bukanlah sesuatu yang abadi, tetapi ia tahu batasannya. Zhao Nan dan Liu Xia saling menyukai, jadi Chen Ai sudah seharusnya mundur. Yang bisa ia lakukan sekarang hanyalah menyimpan semua perasaannya dalam hati dan berusaha menetralisirnya perlahan-lahan.
Seiring berjalannya waktu, Chen Ai mulai terbiasa dengan perasaan yang tak lagi berbunga-bunga. Hatinya dibiarkan kosong, sementara otaknya terus bekerja keras untuk menggapai mimpi-mimpinya yang masih dalam perjalanan. Ia mulai merasa hidupnya begini juga baik. Lagi pula murid SMA juga tidak seharusnya berpacaran, kan? Risiko putusnya sangat besar. Dengan begini, Chen Ai berpikir ia sudah melepaskan diri dari urusan patah hati gara-gara putus cinta monyet.
Setelah libur tahun baru Imlek, Chen Ai sudah merasa energi positifnya kembali. Ia sudah lama sekali tidak bertemu Zhao Nan dan teman-teman sekelas. Semua rasa kekecewaan, penolakan, dan kepahitan yang terjadi selama tahun 2009 sudah tersembuhkan perlahan. Ia kembali menjalani hidupnya yang biasa saja dan menjalin hubungan baik dengan semua teman sekelas, termasuk Zhao Nan.
Meskipun kisah cintanya dengan Zhao Nan tidak berakhir dengan bagus, tapi setidaknya Chen Ai tidak mendapat malu. Jadi ia tidak terlalu sakit hati. Laki-laki itu tidak tahu Chen Ai menyukainya, jadi ia tak punya alibi untuk menyalahkannya. Chen Ai pikir ia juga tidak perlu membenci Zhao Nan karena masalah ini. Kata orang, jika seorang laki-laki dan perempuan putus hubungan, mereka harus saling mengutuki satu sama lain. Tidak ada orang yang ingin kisah cintanya berakhir, jadi ia pasti akan membenci mantan kekasihnya. Kalau perlu, ia harus memperbaiki penampilan dirinya dan meraih banyak prestasi bagus supaya pasangannya menyesal telah memutuskan hubungan. Tetapi menurut Chen Ai ia tidak perlu menjalani hidup dramatis seperti itu. Hidup normal dan kembali berteman biasa dengan Zhao Nan juga bukan opsi buruk.
Beberapa minggu kemudian, ketika kristal-kristal salju mulai meleleh dan bunga-bunga mulai bermekaran, Chen Ai mendapati berita baru. Saat itu sudah cukup siang dan kelas sudah kosong. Chen Ai masih tinggal di kelas untuk mengulang pelajaran sambil mendengarkan musik dari tape MP3. Ketika musiknya habis, Chen Ai melepaskan earphone-nya dan mengambil kaset pita lain dari tasnya. Bertepatan dengan itu dua orang gadis dari kelasnya masuk sambil berbincang santai.
"Aku sebenarnya ingin menanyakan beberapa masalah pelajaran dengan Zhao Nan, tetapi kelihatannya ia sangat suram akhir-akhir ini. Kau tahu kenapa?" tanya Miao Sun Ying.
"Katanya ia baru saja putus dari Liu Xia, gadis dari kelas Humaniora itu. Lalu ia jadi laki-laki mengenaskan seperti itu," sahut Liang Bing Wen.
Chen Ai yang hendak memasang earphone kembali mengurungkan niatnya. Ia ingin mendengar pembahasan lanjutan mengenai kabar baru itu.
"Ooo … jadi begitu." Miao Sun Ying mengangguk mengerti. Setelah itu, ia bertingkah seperti mencari-cari sesuatu yang hilang di sakunya. "Eh … mengapa dompetku tidak ada di kantong? Bing Wen, aku keluar sebentar untuk mencari dompet, ya," ujar Miao Sun Ying cepat, lalu berlari keluar kelas.
Chen Ai pun menghela napas karena tidak ada penjelasan lebih lanjut. Ia pun memasang earphone-nya ke telinga dan kembali belajar. Namun, pikirannya tidak bisa benar-benar fokus setelah itu. Bermacam-macam pemikiran berkecamuk di benaknya.
Zhao Nan cepat sekali putus. Apa ia merasa tidak cocok dengan Liu Xia?
Zhao Nan sekarang sudah putus. Jadi bagaimana? Apa sekarang aku bisa kembali menyukainya lagi? Atau tetap bertahan dalam kondisi seperti ini saja?
Huh … lagi pula mengapa Zhao Nan harus berpacaran dengan Liu Xia dulu? Namnaya saja sudah jelas-jelas Liu Xia, pasti akhirnya ia akan ditinggalkan[1].
***
Setelah selesai belajar, Chen Ai menyalakan komputernya dan mengaktifkan MSN. Ia awalnya berencana membaca-baca artikel tentang tips meraih beasiswa yang tayang di beranda MSN. Namun, ternyata ada notifikasi pesan masuk dari Zhao Nan sehingga Chen Ai menunda niatnya sementara.
Sudah lama sekali sejak terakhir kali Chen Ai dan Zhao Nan saling berbalas pesan di MSN. Terakhir kali juga tentang masalah pelajaran. Tidak ada pembicaraan yang terlalu serius atau omong kosong. Chen Ai pikir itu juga bukan hal buruk. Jadi, ketika malam itu Zhao Nan mengirimkan pesan MSN kepadanya, Chen Ai menanggapi dengan santai.
08.23 p.m. Chen Ai, apa kau ada?
08.23 p.m. Tugas di sekolah banyak sekali. Aku tak sanggup mengingat semuanya. Maaf merepotkanmu. Apakah besok ada tugas atau ulangan?
Chen Ai mengirim balasan.
08.32 p.m. Iya. Su Lao Shi minggu kemarin memberi tugas besar dan harus dikumpulkan besok. Menulis ringkasan sejarah dinasti Ming minimal 1000 karakter.
Beberapa saat kemudian. Zhao Nan mengirimkan pesan lagi.
08.33 p.m. Aiya, banyak sekali. Kau mengapa tidak memberitahuku lebih awal?