Chen Ai baru saja menekan mesin presensi kehadiran ketika seorang resepsionis berbicara kepadanya.
"Nona Chen, tunggu sebentar. Ada titipan untukmu," ujar resepsionis itu sambil mencari-cari sesuatu di bawah mejanya.
"Baiklah," sahut Chen Ai singkat. Di pertengahan musim gugur ini, banyak rekan-rekannya yang mendapat buket bunga. Musim gugur memang selalu romantis. Ia jadi penasaran, titipan macam apa yang akan didapatkannya kali ini.
Resepsionis mengeluarkan sebuah amplop cokelat dan menyodorkannya pada Chen Ai. Chen Ai menaikkan alis. Sepertinya hanya paket biasa. Mengapa dikirim ke kantor? pikirnya bingung. Chen Ai pun menerima amplop itu dan berkata, "Terima kasih, Nona." Setelah itu, ia memasuki ruang kerjanya.
Chen Ai duduk di kursi, kemudian meletakkan tas dan membuka amplop cokelat tersebut. Di dalam, rupanya ada sebuah undangan pernikahan bernuansa putih elegan. Chen Ai membaca undangan itu sekilas.
Pengirim: Yang Mo dan Liu Xia
Penerima: Nona Chen Ai
Kisah cinta di masa SMA tidak selalu berakhir saat kelulusan. Kami membuktikannya dengan mempertahankan hubungan itu hingga sekarang dan memilih untuk melanjutkan ke tahap ini.
Kami mengundang Saudara/i untuk menghadiri pesta pernikahan kami yang akan dilaksanakan pada:
Hari, tanggal: Minggu, 10 September 2017
Waktu: 06.00 p.m. sampai selesai
Lokasi: Aula 03 New Beacon Jiulong Hotel, Hubei, Wuhan
Kehadiran Anda adalah kehormatan bagi kami.
Chen Ai mengingat-ingat nama pengirim surat itu. Setelah setengah menit berlalu, ia tak kunjung mengingat nama tersebut. Akhirnya, Chen Ai hanya dapat mengambil kesimpulan bahwa pengirim undangan itu adalah teman SMA-nya. Mungkin tidak akrab. Pantas saja dikirim ke alamat kantor, pikirnya praktis. Ia meraih handphone dan memasang pengingat di kalender pada hari pernikahan teman SMA-nya tersebut, lalu melipat undangan itu kembali dan memasukkannya ke laci meja.
***
Zhao Nan memakai jas kerjanya dengan terburu-buru sambil keluar dari mobil. Ia segera mengunci mobilnya, lalu melangkah lebar-lebar memasuki lobi PickUs. Begitu pintu otomatis terbuka, ia melirik arlojinya sekilas. Tinggal tersisa beberapa detik sebelum jam 09.00 a.m. Pria itu berlari menuju meja konter untuk menekan mesin presensi. Namun, belum sampai ia menekan tombol di mesin itu, arlojinya sudah berbunyi pelan, menandakan jam 09.00 a.m. baru saja terlewat.
Zhao Nan mengembuskan napas sambil memperlambat langkah. Ia mendekati mesin presensi, lalu menekan tombol di mesin itu dengan malas.
"Potongan gaji lagi, Zhao Nan?" tanya seorang resepsionis berwajah tirus.
"Iya. Ya, sudahlah. Nanti juga ada reward dari job lain," jawab Zhao Nan santai.
"Eh … tunggu sebentar. Ada titipan untukmu," cegah resepsionis itu.
"Hmm." Zhao Nan bergumam pelan, lalu menerima sebuah amplop cokelat. "Apa ini?"
Resepsionis itu mengedikkan bahu. "Tidak tahu. Paketnya masih tersegel. Aku tidak membukanya."