Heal A Heart

Jessie YiCha
Chapter #19

Bab 18

Bicara soal perasaan Chen Ai pada Luo Wang, Yun Xiang adalah orang yang paling mengerti situasinya. Jika Yun Xiang adalah nomor dua, maka tidak akan berani yang mengaku menjadi nomor satu, selain Chen Ai sendiri. Ia sudah mengenal Chen Ai dan Luo Wang sejak tujuh tahun lalu, karena mereka berasal dari universitas yang sama, meskipun berbeda jurusan. Ia juga menyaksikan perjalanan hubungan Chen Ai dan Luo Wang, mulai dari pertama kali berpacaran sampai putus. Chen Ai juga sering menceritakan masalah-masalahnya pada Yun Xiang. Jadi, ketika malam itu Chen Ai menyusul rekan-rekan BeLook di Dongchang Restaurant bersama Zhao Nan, Yun Xiang langsung paham apa yang terjadi. Apalagi ia telah melihat ekspresi Luo Wang tadi. Dan juga, ia turut serta ketika pertama kali Chen Ai bertemu Zhao Nan di PickUs beberapa bulan lalu.

Di restoran, Zhao Nan duduk di sebelah kiri Chen Ai karena pria itu belum mengenal siapa pun selain Chen Ai. Lagi pula, wanita itulah yang mengundangnya. Namun, Zhao Nan dapat bergabung dalam percakapan dan membaur bersama rekan-rekan BeLook dengan cepat, karena pria itu—masih seperti dulu—adalah orang yang supel dan menyenangkan.

Sementara Zhao Nan berbincang-bincang dengan rekan-rekan lain, Yun Xiang yang duduk di sebelah kanan Chen Ai menyenggol lengan wanita itu. "Chen Ai, kau sekarang pacaran dengan Tuan Zhao?" tanyanya iseng. Luo Wang duduk bersama tim pemasarannya di sudut lain meja, jadi Yun Xiang tak ragu membicarakannya.

Chen Ai menaikkan kedua alisnya. "Kau ini omong kosong apa, sih? Tentu saja tidak."

"Oh, begitu. Kalau kau benar-benar berpacaran dengannya, aku tidak tahu bagaimana nasib Manajer Luo nantinya."

"Ada apa dengan Luo Wang?"

Yun Xiang membelalakkan mata. "Kau tidak pernah memikirkan nasib Manajer Luo jika kau meninggalkannya?"

Chen Ai mengernyitkan kening. Menurut pemikiran Chen Ai sekarang, Luo Wang pasti bisa baik-baik saja tanpanya. Pekerjaan Luo Wang sangat mapan, mentalnya juga sehat. Tidak terlihat kekurangan apa pun. Karena tak kunjung memahami arah pembicaraan Yun Xiang, Chen Ai pun menjawab asal, "Kita semua sudah besar. Bisa hidup sendiri-sendiri."

Yun Xiang menutup mulut sambil menahan tawa. "Hubunganmu dengan Manajer Luo sekarang bagaimana?"

"Kami berteman baik," jawab Chen Ai singkat.

"Tapi menurutku ia—"           

"Permisi, Tuan dan Nona." Seorang pelayan datang sambil membawakan nampan penuh minuman. Chen Ai yang duduk di pinggir meja segera membantu pelayan untuk mengoper minuman ke rekan-rekan lain.

Menurutku ia tidak berpikiran sama, ucap Yun Xiang dalam hati. Namun, ia tidak mengutarakannya karena Chen Ai kelihatan tidak ingin membicarakan hal itu.

***

Setelah makan malam berakhir, semua rekan BeLook keluar dari restoran dan berjalan sebentar menyusuri Area Pudong menuju Haoledi Karaoke. Area Pudong saat malam hari sangat megah dengan tambahan lampu-lampu penerang bagai bintang. Banyak pasangan yang duduk di bangku panjang dan berkencan di sekitar situ juga. Semuanya sempurna, tak terkecuali bagi Chen Ai. Chen Ai berbincang ringan bersama Yun Xiang dan Liu Nian, sementara rekan-rekan lain membentuk kelompok bincang sendiri di depan.

Sesampainya di Haoledi Karaoke, Bos Yao segera menghampiri resepsionis dan meminta ruang VIP yang sudah dipesannya kemarin. Rekan-rekan lainnya mengikuti Bos Yao dan resepsionis karaoke menuju ruang VIP yang terletak di pojokan, dekat toilet dan mini bar. Seusai menyiapkan sound system, resepsionis itu pun pergi.

Semua orang bersenang-senang sepuasnya saat itu. Ada yang menyanyi-nyanyi sampai suara serak, ada yang memesan tambahan makanan ringan khas KTV Room, ada yang saling bersulang minum bir, dan ada juga yang tetap diam di sudut ruangan. Semuanya menyemarakkan hari itu dengan gembira.

Setelah sejam bersenang-senang, semua orang beristirahat sejenak di sofa sambil lanjut minum bir dan berbincang ringan.

"Zhao Nan dan Chen Ai dulu teman SMA, kan? Ayo, nyanyikan lagu nostalgia masa sekolah, dong! Kita semua ingin mendengar," seru Yun Xiang yang sudah setengah mabuk.

Jika semua orang di sini adalah teman-teman dekatnya, Chen Ai tidak keberatan disuruh menyanyi di KTV Room. Namun, ada Bos Yao di sini. Oh, ya. Jangan lupakan Luo Wang dan Zhao Nan. Chen Ai tidak ingin bertingkah bodoh di depan orang-orang itu. Apalagi sekarang ia sudah agak mabuk, rasanya tak nyaman disuruh tampil di depan rekan-rekan.

Namun, rekan lain yang sudah benar-benar mabuk bersorak semakin keras. "Nyanyi! Nyanyi! Nyanyi!" Atas paksaan semua orang, akhirnya Chen Ai dan Zhao Nan berhasil didorong hingga ke tengah ruangan.

"A–aku … aku tidak tahu mau menyanyi apa," ucap Chen Ai bingung. Mungkin karena sedikit pengaruh alkohol, Chen Ai menertawakan kebingungannya sendiri. Semua orang memandangnya dengan heran, tetapi akhirnya ikut tertawa juga. Orang mabuk memang kacau.

Chen Ai menoleh ke arah Zhao Nan yang masih menertawakannya. "Zhao Nan, kau saja yang pilih lagu. Jangan terlalu tidak yang terkenal, ya."

Zhao Nan tertawa lagi begitu mendengar Chen Ai yang meracau. "Jangan yang tidak terlalu terkenal," ralatnya sambil mengacak-acak rambut Chen Ai.

Chen Ai menepis tangan Zhao Nan sambil mengerucutkan bibir. "Iya, iya. Kalau begitu, kita nyanyi apa? Atau berdiri saja di tengah ruangan ini?"

"Aku juga tidak tahu," ujar Zhao Nan tenang. Ia memandang rekan-rekan lainnya. "Ada yang mau request lagu?"

"Those Years-nya Hu Xia, dong!" seru Liu Nian sambil mengangkat botol birnya tinggi-tinggi.

"Baiklah," sahut Chen Ai dan Zhao Nan bersamaan. Mereka saling berpandangan, lalu tersenyum satu sama lain. Zhao Nan menghampiri layar playlist di KTV, lalu mencari instrumen lagu Those Years. Setelah itu, mereka berdua menyanyi.

Kembali ke titik semula

Wajahmu yang polos di memoriku

Kita akhirnya tiba di hari ini

Foto-foto lama di laci meja

Lihat selengkapnya