Beberapa hari setelah kejadian itu, saat akhir pekan di penghujung musim gugur, Zhao Nan mengirim pesan WeChat pada Chen Ai dan mengajak wanita itu untuk jalan pagi bersama. Chen Ai menyetujui ajakan itu dan sekalian berniat memperjelas kejadian di Haoledi Karaoke lalu secara langsung dengan Zhao Nan.
Jadi, pada pukul 08.00 di hari Minggu itu, setelah mandi, Chen Ai berdiri di hadapan cermin kamarnya. Ia awalnya ingin tampil kasual dengan celana training dan kaus olahraga, tetapi di depan Zhao Nan, mau tak mau ia tetap memusingkan hal-hal kecil lainnya, seperti bentuk kunciran rambut, warna lipstik, jenis bedak, dan lain-lain. Akhirnya, Chen Ai memutuskan untuk berdandan tipis dan mengikat rambut sebahunya membentuk ekor kuda tinggi. Ia bahkan menyemprotkan sedikit parfum aroma citrus merek BeLook di tangan dan ujung-ujung pakaian. Setelah merasa puas dengan penampilannya, Chen Ai pun keluar apartemen.
Chen Ai berjalan kaki sebentar menuju Xuhui Riverside Park yang berjarak beberapa ratus meter dari apartemennya. Di sana, Zhao Nan sudah menunggu di sebuah bangku taman putih sambil mengecek handphone. Chen Ai menyunggingkan senyum, lalu mengambil handphone di sakunya. Ia mengirimkan pesan WeChat ke Zhao Nan.
Chen Ai: Aku sudah sampai.
Zhao Nan: Aku juga sudah sampai. Kau di mana?
Chen Ai mendongak ke arah Zhao Nan yang berada beberapa meter darinya. Begitu Zhao Nan mengalihkan pandangan dari handphone, pandangannya langsung bertemu dengan Chen Ai. Pria itu berlari kecil menghampiri Chen Ai.
Hari itu Zhao Nan memakai kaus putih polos dibalut jaket warna abu-abu dan celana olahraga panjang. Pria itu terlihat semakin tampan di mata Chen Ai. Chen Ai memandang Zhao Nan yang sedang mendekat sambil tersenyum. Begitu Zhao Nan sampai di hadapannya, pria itu berkomentar, "Hari ini kau cukup cantik."
Chen Ai merasa wajahnya menghangat begitu mendengar sanjungan itu. "Memang biasanya aku bagaimana?" sahutnya dengan nada pura-pura tidak peduli.
"Kau biasanya …." Zhao Nan menggantung kalimatnya, lalu mencondongkan tubuh dan mendekatkan wajahnya ke wajah Chen Ai. Chen Ai menelan saliva dengan susah payah, lalu mundur selangkah.
"Aku biasanya apa?"
"Kau biasanya tidak pakai parfum sewangi ini," jawab Zhao Nan cepat. Kemudian, ia menegakkan tubuhnya kembali.
"Kau—" Chen Ai mendengkus, lalu berdecak kesal. Pria selalu seperti itu. Mereka mengharapkan wanita berdandan dengan cantik. Namun, begitu para wanita berdandan, mereka akan menggodanya seakan-akan hal itu berlebihan, memalukan, dan tidak alami. Memangnya siapa, sih yang tidak ingin menjadi cantik?
Chen Ai menatap Zhao Nan dengan sebal. "Ini hanya parfum bonus dari BeLook, aku bukan khusus membelinya untuk bertemu denganmu. Kebetulan ada sisa penjualan dari gudang, jadi kami mendapat bagian. Sayang kalau tidak dipakai," dalihnya.
Meskipun sedikit tidak berhubungan, tetapi dalih yang diucapkan Chen Ai itu sungguhan. Parfum itu benar-benar bonus dari kantor. Meskipun ini pertama kalinya Chen Ai menggunakan parfum itu, tetapi bukan berarti ia menguras dompetnya khusus untuk bertemu dengan Zhao Nan. Tidak seperti sembilan tahun lalu, ketika ia membelikan susu cokelat khusus untuk Zhao Nan setelah pria itu bermain basket. Tahun itu, susu cokelat bukan minuman biasa,. Itu minuman orang berkelas. Chen Ai sengaja membelikan minuman itu untuk Zhao Nan. Namun, pada akhirnya ia harus berbohong dengan berkata ia membelinya dengan uang kas klub jurnalistik.
Zhao Nan tersenyum sambil mengangguk. "Baiklah. Aku percaya padamu." Ia memandang Chen Ai yang sedang menggesek kedua tangannya satu sama lain. Udara musim dingin memang sudah terasa dan suhu terus menurun belakangan ini. Zhao Nan meraih tangan kanan Chen Ai, meletakkan tangan mulus itu di antara kedua tangannya, kemudian menggosoknya.