Heal A Heart

Jessie YiCha
Chapter #23

Bab 22

Selama festival musim semi berlangsung, Zhao Nan masih sering datang ke rumah keluarga Chen dan mengobrol bersama. Ia semakin akrab dengan orang tua Chen Ai, tetapi kelihatannya mereka belum memiliki kesan spesial pada Zhao Nan. Mencuri hati calon mertua memang bukan perkara mudah.

Beberapa hari sebelum Cap Go Meh[1], Chen Ai bersama keluarga kecilnya makan bersama sambil berbincang.

"Ai Ai, kau masih belum punya pacar, ya? Dulu kau sudah pernah pacaran dengan pria mapan, tapi kau malah putus dengannya. Mama benar-benar tidak mengerti jalan pikirmu," omel ibu Chen Ai sambil menambahkan daging ke mangkuk putrinya.

"Hmm … Luo Wang itu orangnya baik, tapi entah mengapa aku merasa tidak terlalu cocok dengannya," sahut Chen Ai santai.

"Ya, Tuhan. Sudah tahu ia orang baik, tapi kau tetap putus dengannya. Sekarang ini zamannya bukan mencari yang cocok atau tidak, tapi mencari yang pria yang tepat. Masalah cocok itu akan muncul dengan sendirinya," cecar ibu Chen Ai.

"Iya, iya. Aku sudah mencoba, Ma. Aku sudah mencoba pacaran dengannya, tapi perasaan tak cocok itu belum muncul juga." Chen Ai melahap makanannya, lalu berkata lagi, "Mama dan Papa tidak perlu terlalu buru-buru, aku masih punya banyak waktu, kok."

"Apanya yang masih punya banyak waktu? Kau sudah memasuki umur dua puluh enam tahun ini," tegas ibunya. "Andaikan kau masih punya banyak waktu, aku dan papamu tidak punya banyak waktu."

"Benar, benar. Kalau Langit memberi kesempatan, kami ingin mengantarmu ke altar pernikahan," tambah ayahnya.

Chen Ai menghela napas sambil menunduk begitu mendengar hal itu. Perkataan ibunya memang benar. Kondisi kesehatan ayahnya sudah tidak begitu stabil. Ibunya juga memiliki hipertensi yang dapat kambuh sewaktu-waktu. Sebenarnya, Chen Ai tentu saja juga ingin diantarkan orang tuanya memasuki altar pernikahan. Namun, ia bahkan tak bisa berjanji pada diri sendiri kapan ia akan menikah.

"Tahun kemarin kau masih datang ke sini bersama Luo Wang. Tahun ini yang datang hanya hadiahnya saja. Dan juga, kau malah membawa pria lain lagi datang ke sini. Ai Ai, kapan kau akan dewasa?"

"Ma, sebenarnya aku sedang dalam tahap—"

"Mama tidak mau tahu! Kau sudah putus dari Luo Wang, tidak kunjung balikan dengannya, dan tidak lekas mendapat pacar baru. Maka mau tak mau kau harus menghadiri kencan buta!"

Chen Ai membelalak begitu mendengar hal itu. Kencan buta …. Itu biasanya tidak akan berjalan seperti skenario.

***

Sehari sebelum Cap Go Meh, Chen Ai dijadwalkan ibunya untuk menghadiri kencan buta. Ia naik taksi dari rumah ke Restoran Qingshi pada pukul 06.00 p.m. Sejujurnya, ia tidak habis pikir dengan ide ibunya. Ia bekerja di Shanghai, menetap di Shanghai, dan pulang ke Wuhan hanya saat Imlek. Mengapa ia harus repot-repot menghadiri kencan buta di Wuhan? Ini sangat membuang waktu. Namun, Chen Ai memutuskan untuk menuruti ibunya dulu daripada wanita paruh baya itu semakin cerewet. Dalam hati, ia tahu bahwa kencan buta ini tidak akan membuahkan hasil apa pun.

Chen Ai berjalan memasuki Restoran Qingshi dan mencari sesosok pria yang mirip dengan foto yang ditunjukkan ibunya. Ia sama sekali belum mengenal pria bernama Jiang Yaoqing ini, bahkan relasi yang menghubungkan ibunya dengan pria ini. Katanya, ibu pria ini adalah teman baik ibu Chen Ai dan pernah ikut menggendong Chen Ai saat ia masih bayi. Namun, Chen Ai tentu saja tidak mengingat apa pun. Akhirnya, dengan pasrah ia menurut dan datang ke kencan buta hari ini dengan mengenakan dress putih selutut yang dipilihkan ibunya. Setelah melihat ke sekeliling ruangan restoran, Chen Ai pun menghampiri seorang pria berjas hitam yang sedang membuka laptop.

"Permisi, apakah Anda Tuan Jiang?" tanyanya sopan.

"Iya. Apakah Anda Nona Chen?" sahut pria itu sambil menutup laptop.

"Benar." Chen Ai tersenyum formal, lalu duduk. Pria di hadapannya itu kelihatannya cukup mapan. Ia mengenakan jas abu-abu rapi, berpotongan rambut pompadour, dan gerakannya terlihat gesit seperti orang sibuk. Pria itu sepertinya tidak beda jauh dengan pria-pria pekerja kantoran beretos keras di tempat lain. Mengingat soal pekerjaan, Chen Ai jadi teringat sesuatu.

"Tuan Jiang, kalau boleh tahu, di mana Anda bekerja?"

Menanyakan hal semacam itu di kencan buta adalah hal biasa, jadi Chen Ai sama sekali tidak merasa sungkan.

"Dengar-dengar Nona Chen bekerja di Shanghai, ya?" Jiang Yaoqing bertanya balik.

Itu adalah tanggapan yang sangat tidak menjawab, batin Chen Ai. Atau jangan-jangan ia tersinggung dengan pertanyaan tadi? Ah, kalau tidak mau ditanyai seperti itu, lebih baik tidak ikut kencan buta. Chen Ai tersenyum tipis, lalu mengangguk sopan. "Iya." Ia tidak peduli mengenai soal lokasi kerja Jiang Yaoqing lagi, karena pria itu sepertinya tipe orang berbelit dan diplomatis berlebihan.

Setelah itu, mereka memesan makanan dan membicarakan hal lain. Chen Ai mengikuti arah pembicaraan Jiang Yaoqing begitu saja. Sebenarnya, pria itu tidak terlalu buruk juga sebagai teman bicara. Pria itu membicarakan banyak hal mengenai hobi mereka masing-masing, kebiasaan masa kecil, cara didik orang tua, lingkup pergaulang, dan banyak hal lain, kecuali gaji dan pekerjaan. Chen Ai tidak terlalu mengerti mengapa pria itu menghindari masalah pekerjaan, padahal itu juga merupakan hal berbobot yang dapat dibicarakan panjang lebar.

Beberapa saat kemudian, makanan datang. Mereka saling mengucapkan selamat makan pada satu sama lain sebelum mulai makan. Setelah itu, pembicaraan beralih ke menu makanan favorit dan jajanan khas Wuhan yang menemani pertumbuhan mereka.

Beberapa saat kemudian, terdengar pintu depan Restoran Qingshi terbuka dan seorang pelayan melontarkan ucapan selamat datang. Chen Ai yang duduk menghadap ke arah pintu pun spontan mendongak sekilas. Namun, pandangannya menangkap sesuatu yang benar-benar janggal. Tidak mungkin. Bagaimana bisa terjadi?

Zhao Nan. Ia mengapa datang ke sini?

Zhao Nan berjalan ke arah meja konter pemesanan makanan dan berdiri di barisan Take Away. Sambil mengantre, Zhao Nan melihat-lihat ke sekeliling ruangan restoran. Chen Ai buru-buru memalingkan wajah ke arah lain dan berkutat tak jelas ke tas tangannya.

Lihat selengkapnya