Garin mengantar Nayla pulang. Setelah menangis di pelukan Garin, kini mata Nayla menjadi sembab..Nayla agak malu pada Garin..
“Maaf telah merepotkan..” ungkap Nayla
“Iya, memang sangat merepotkan..” jawab Garin sengaja
Nayla hanya mengerucutkan dagunya.
“Tidak apa-apa..istirahatlah dan jangan lupa untk mencuci mukamu dulu, jika tidak, nanti matamu menjadi lebam..” lanjut Garin
Nayla mengangguk dan akhirnya mereka berpisah “Hati-hati” Nayla melambaikan tangan pada Garin.
Ada yang lebih, maka ada yang kurang. Ada yang kurang, maka ada yang lebih. Semua hanya masalah waktu. seperti saat ini, jika Nayla bertemu Angga di pesta, maka Garin bertemu Nadine di rumahnya.
“Nadine…” gumam Garin ketika melihat seorang wanita tinggi, berkulit putih, berambut panjang bergelombang, dan wajah yang cantik berdiri di depan rumahnya.
“Garin..” sebut Nadine dan lalu memeluk Garin dengan senang, “Maafkan aku.. bisakah kita memulai lagi dari awal?” tanya Nadine yang masih memeluk Garin.
Mendengar ucapan dari Nadine, membuat Garin buru-buru melepaskan pelukannya.
“Jangankan kembali, bertemu saja aku sudah tidak ingin..” jawab Garin
“Okay. Aku salah, seharusnya aku tidak meninggalkanmu dan pergi begitu saja. Tapi tolong, aku ingin bersamamu lagi..”
“Bagus jika kamu sadar. Tapi, sepertinya aku tidak bisa kembali..” ungkap Garin lalu pergi masuk ke rumahnya meninggalkan Nadine
“Tunggu! Apa karena perempuan itu?” tanya Nadine tiba-tiba
“Kalaupun iya, sepertinya itu bukan urusanmu lagi.” tukas Garin dan lalu menutup pintu rumahnya.
Flashback Party
Nadine datang ke party perusahaan Garin. Tanpa diundang, Nadine begitu saja datang. Ia hendak meminta maaf atas kesalahpahaman yang telah terjadi. Mata Nadine menelusuri seluruh isi ruangan mencari Garin, namun matanya terhenti pada sepasang lelaki dan perempuan yang sepertinya sedang memiliki masalah, lalu sosok pria yang Nadine cari, melerai pasangan itu dan menarik perempuannya. Garin menarik seorang perempuan. Flashback end
˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜ ˜
Pagi-pagi sekali, Nayla sudah duduk di toko bunga milik Arin, sambil menikmati cokelat panas. Setelah kejadian party di malam itu, kini Angga tidak pernah memperlihatkan wujudnya pada Nayla dan juga sudah tidak menghubunginya lagi. Tiba-tiba, dari arah pintu datang seorang perempuan cantik dan menawan, Nayla samar-samar melihatnya, namun setelah perempuan itu mendekat, wajahnya terasa asing bagi Nayla.
“Kamu, Nayla?” tanya perempuan itu
“I..ya,,” jawab Nayla bingung pada perempuan itu
“Aku Nadine..”
Ah, benar pantas saja wajahnya tidak asing bagi Nayla. Ternyata ia pernah melihat fotonya di villa Garin.
“Oh, begitu..eh iya silahkan duduk..” Nayla sedikit canggung dengan Nadine
Nadine menggelengkan kepalanya tanda ia tidak akan duduk di kursi itu, “Aku tidak akan lama..aku hanya ingin kamu menjauhi Garin. Dia masih milikku, kami belum putus sama sekali..” ungkap Nadine dengan nada ketusnya
“Oh, anda salah paham, saya tidak memiliki hubungan khusus dengan pak Garin. Saya hanya sekretarisnya..” ungkap Nayla
Nadine mengeluarkan segepok uang dari tasnya, “Ambillah..tolong berhenti jadi sekretarisnya..”
Nayla termenung dengan perempuan yang baru saja Ia temui dan memintanya untuk berhenti bekerja, “Maksud Anda apa ya?!” tanya Nayla yang mulai kesal
“Sudah jelas, saya ingin kamu meninggalkan pekerjaanmu dan meninggalkan Garin juga….itu saja..”