Heart Blossom

Sy
Chapter #1

Prolog

"Jadi, ini kamarnya?" batin seseorang memegang kenop pintu sebuah kamar bernuansa soft. Sebenarnya, ia baru saja keluar dari kamar mandi di lantai dua rumah itu. Namun, ia begitu penasaran dengan sebuah pintu yang dilukis langit malam yang baru saja ia buka.

Setelah melihat warna dinding kamar. Sudah pasti, kamar yang dibukanya milik seorang wanita. Kamar itu tidaklah besar, hanya 3 × 3,5 m. Dengan langit-langit kamar dipenuhi bintang dan bulan. Melangkah ke sebelah kiri pintu, terdapat bufet minimalis yang begitu rapi. Di atas dinding bufet, terdapat banyak sekali foto yang ditempelkan di sana—tersusun membentuk rangkaian hati yang belum terpenuhi di tengahnya. Sedangkan, di atas bufet sendiri diletakkan beberapa benda khas dari bermacam negara, komputer dan buku-buku. Ia menoleh ke sebelah kanan bufet terdapat sebuah sofa nyaman dekat jendela, yang memperlihatkan pemandangan pegunungan yang menyejukkan. Kemudian, beralih dari sana, di depan bufet terdapat sebuah tempat tidur double size berlapiskan sprei nuansa langit malam—lagi. Ia menghampiri sebuah nakas samping tempat tidur dan tersenyum melihat figura yang terletak di sana.

"Oh, pantas saja kau begitu lama," ujar seorang wanita yang berusia kisaran 50 tahunan. Ikut memasuki kamar tersebut, membuat dirinya menoleh.

"Eum, Ibu, maaf aku hanya sedang melihat-lihat," jelas seseorang itu, takut yang dipanggilnya ibu itu salah paham.

"Tidak apa, tidak ada larangan apa pun di sini." Sembari mengibaskan tangannya, Ibu menenangkan orang tersebut.

"Jika kau sudah selesai melihat, kau bisa turun dan berbincang dengan Ayah. Dia baru saja pulang. Ibu ada keperluan sebentar," paparnya sembari melangkah keluar kamar itu.

Lawan bicaranya hanya mengangguk apa yang dikatakan olehnya. Lalu beralih melihat-lihat kembali. Dilihatnya di hadapan tempat tidur—dipisahkan oleh karpet sedang, sebuah lemari pakaian disimpan di sana. Di sampingnya terdapat rak buku bertingkat. Ia tertarik mendekati rak buku tersebut. Buku-buku tersusun rapih di sana setiap raknya. Hanya saja, di paling bawah dijadikan menyimpan dua buah kotak.

Menelisik buku-buku itu, ia tertarik dengan sebuah buku. Mengambilnya dan melihat sampul buku itu, hampir mirip seperti lukisan pintu kamar tersebut. Ia tersenyum miring melihatnya. Namun, penasaran dengan buku itu dari judul yang tertera.

DIARIA

Apa itu Diaria? pikirnya tak pernah menemukan buku itu di toko buku mana pun. Ia juga tak menemukan nama pengarang atau inisial pengarang dari sudut mana pun buku itu. Setelahnya, ia mulai membuka halaman demi halaman buku yang digenggamnya.

June 13, 2020.

Aku tak bisa menahannya lagi. Aku yakin aku telah jatuh hati denganmu. Sungguh, dari awal diriku sendiri telah terjatuh padamu. Dari awal aku mendengar namamu, sekelibat bertemu di lorong sekolah, mengetahui satu kelas denganmu di tahun berikutnya. Aku tak 'kan bisa menyangkal perasaan ini lagi.

Hari ini, semua yang kupendam terluap sudah. Aku bersorak kau tak menjalin hubungan dengannya walau berkali-kali aku tanyakan "tidakkah dia memiliki perasaan lebih terhadapmu?" Dia hanya mengatakan bahwa aku sendiri pun tau siapa yang disukainya.

June 20, 2020.

Saat dia mengetahui perasaanku terhadap sahabatnya yaitu kamu, dengan penuh ambisi ia mencoba mendekatkanku denganmu. Walau aku sendiri pun merasa senang. Berkali-kali dia menunjukkan secara tersirat mengenai perasaanku. Oh jujur saja, aku sangat takut. Aku sangat takut jika kau semakin jauh digapai.

Bahkan, aku ingat saat di mana kau selalu latihan untuk acara kelulusan, di mana kau menjadi pembawa acaranya. Aku mengirimkan sesuatu di laci lokermu. Sungguh, aku begitu malu dengan tingkah konyolku satu itu.

Aku bahkan ingat, mendengar teman sekelas bertanya padamu; kau mendapatkan itu dari siapa yang aku tak dengar jawaban, juga ekspresimu. 

***

Orang itu tersenyum sendiri, juga tertawa keras saat membaca halaman buku yang ada di pangkuannya. Dia terduduk di dekat jendela, kembali membalik halaman demi halaman.

June 28, 2020.

Hari ini kau memposting sebuah foto dalam akun sosialmu. Aku tidak tahu itu hanya sebuah foto atau kau sedang mengekspresikan perasaanmu. Aku bingung dengan diriku sendiri. Aku mencoba berbasa-basi menanyakan, namun kau mengatakan tak apa. Lalu, kutanyakan pada dia kau mengatakan padanya untuk tak memberitahukan kepadaku. Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu tapi aku seperti ikut merasakan apa yang kau rasakan—entah itu hanya pemikiranku atau benar adanya. Aku ingin memelukmu dan memberi kata semangat atau mendengar keluh kesahmu.

July 18, 2020.

Lihat selengkapnya