Jakarta, Indonesia 2026
"Kali ini, Zero kembali mencengangkan dunia dengan karyanya yang selalu membuat semua orang terpana .... "
"Sophia Mueller tampil anggun dan menawan ditemani Zero sebagai ...."
"Tak pernah diduga Zero menampilkan suatu hal yang baru ...."
"Berikut beberapa orang dibalik penampilan menarik sosok papan atas dalam acara tadi malam ...."
Begitu banyak siaran yang menampilkan sebuah acara penghargaan televisi kemarin malam. Beberapa negara yang bekerjasama tak pernah surut menyiarkannya di saluran chanel mereka. Hingga membuat orang yang sedari tadi memegang remote TV merasa bosan dengan siaran yang ditampilkan.
Seorang pemuda yang memiliki tubuh tinggi 1,92 m, berisi dengan kacamata bertengger di wajahnya itu sedang memanjakan tubuhnya di atas sofa di sebuah apartemen salah satu temannya. Ia berniat mencari siaran yang menarik untuk ditonton. Namun, semua chanel yang ia lihat tidak jauh dari pagelaran penghargaan tersebut. Mulai acara red carpet hingga bagian puncak acara tersebut dengan beberapa orang papan atas. Ayolah, apa mereka tidak bosan melihat hal yang sama.
"Oh lihatlah, mereka tak lelah berkumur dengan hal itu," gumamnya mematikan saluran TV tersebut dan menyenderkan kepalanya di atas sofa.
"Sepertinya kau harus berganti profesi menjadi kritikus, Far," cemooh pemuda lainnya yang keluar dari sebuah pantry sembari membawa dua gelas di tangannya. Lalu, ia duduk di sebelah pemuda itu yang sedari tadi menggerutu.
Pemuda itu meletakkan satu gelas yang dibawanya ke atas meja di hadapan mereka sebelum menikmati minumannya sendiri. "Lagi pula, kau harus berterimakasih pada pagelaran itu hingga aku berada di sini," ujarnya kembali.
"Ayolah, Ed, aku akan pulang setelah ini," rengek pemuda yang dipanggil Far itu masih dalam posisi yang sama.
Ghifary Addan Soneta, nama pemuda yang mempunyai tinggi 1,92 m itu. Ia seorang peretas yang bekerja di sebuah perusahaan. Sebenarnya, ia bekerja di bagian Quality Controller tapi semenjak perusahaan menemukan beberapa keanehan ia mengajukan diri untuk memeriksa dan ia menjadi memiliki pekerjaan sampingan. Karena itu pula, membuat ia begitu pusing dengan pekerjaannya. Sampai membuat ia mampir ke kediaman temannya itu, Edsel Zeroun Alvarez yang juga menghadiri pagelaran penghargaan tersebut.
"Kenapa kau tidak kumpul dengan yang lain?" tanya kembali pemuda itu kepada Far sembari membuka ponsel pintarnya.