Bukittinggi, Sumatera Barat.
Seperti yang dikatakannya tempo lalu pada Far. Edsel baru saja mendarat di Bandara Internasional Minangkabau, Sumatera Barat.
Setelah sebelumnya ia mengunjungi keluarganya. Di mana ia mendapat banyak teguran oleh keluarganya yang tinggal di Sukabumi—karena hanya sebentar. Kemudian, memantau rumah modenya. Ia segera terbang kembali ke Sumatera Barat. Edsel ingin sekali merasakan indahnya tempat menarik di sana.
Ia tak pernah mau ketinggalan untuk menikmati surga pertiwi selagi bisa. Walau ia juga menikmati surga negara lain. Tetapi, udara negaranya yang selalu ia rindukan. Banyak orang yang mengatakan, bahwa dirinya bukanlah keturunan pribumi karena struktur wajahnya. Namun, semua itu terbantah saat ia mengucapkan beberapa kata khas sunda. Walau memang ada turunan dari luar, juga marga keluarganya turun menurun.
Dengan hanya membawa ransel khas backpacker. Ia keluar dari bandara dan menghampiri petugas taksi di sana, memesan taksi, menuju tujuan pertama ialah Grand Rocky Hotel Bukittinggi untuk beristirahat dan makan siang. Mengisi energi untuk perjalanan sore pertamanya di kota tersebut.
Sesampainya di sana, ia mengambil kunci kamar yang ia sudah pesan sebelumnya. Tak lupa ia mengucapkan terimakasih kepada petugas yang berbinar melihatnya. Lalu mencari lokasi kamarnya. Tiba di kamar, ia melepas tas ranselnya sembarang dan mengeluarkan ponselnya hanya untuk memeriksa beberapa pesan penting. Banyak pemberitahuan yang masuk, mulai dari akun sosialnya mau pun chatting grup. Ia membalas beberapa kemudian dilanjutkan dengan kegiatan bersih-bersih.
Edsel memasuki lantai 4, di mana letak restoran hotel tersebut. Lalu memesan menu makan siangnya. Tak ayal orang yang mengenalinya meminta tanda tangan dan berfoto bersama yang dengan senang hati ia lakukan.
"Selamat menikmati makan siangmu, Zero," ujar seorang gadis yang barusan meminta foto dengannya di saat hidangan makan siangnya dihidangkan.
"Terimakasih, selamat menikmati makan siang anda juga," sahut Edsel ramah dengan suaranya yang khas membuat gadis itu juga temannya tak ingat daratan.
"Kalau boleh tau, apa yang kau lakukan di kota ini?" tanyanya khas seorang penggemar.
Edsel tak menjawab hanya memberi senyum ramah lalu berkata, "kupikir kau cocok menjadi seorang responden."
Ucapan Edsel membuat kedua gadis itu salah tingkah. Edsel mengatakan itu dengan biasa, tak bermaksud apa pun. Namun, mereka bukanlah apa yang dikatakan Edsel. Karena itu mereka menjadi tak enak.
"Kalau begitu semoga kau menyukai kota ini," tutur gadis lainnya lalu segera beralih dari tempat duduk Edsel.
Edsel hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya melihat kepergian kedua gadis itu lalu melepas kacamata hitamnya dan menikmati hidangannya. Selanjutnya, selesai menikmati makanannya dan meraih tasnya, ia menaiki mobil sewaannya di depan hotel, membawanya menelusuri Bukittinggi. Mulai dari mengunjungi Masjid Raya Bukittinggi, Istana Bung Hatta (Tri Arga) serta Jam Gadang. Malamnya, ia menikmati makan malamnya di sebuah kafe dekat Jam Gadang. Ia tak memilih tempat jauh agar bisa mengisi energi untuk keesokan harinya.
Ia sengaja hanya memesan untuk satu malam karena ia tak berencana kembali ke hotel tersebut. Edsel akan menelusuri setiap jengkal Sumbar kali ini.