Heart Disease At Love

Nimas Rassa Shienta Azzahra
Chapter #1

#1 Prolog

“Maaa—” lirih suara Sada memanggil ibunya yang duduk disebelah kanan brankar sudut ruangan dekat jendela dengan kepala bersandar pada kusen jendela.

Tangan Sada bergerak lemah berusaha menggapai tubuh ibunya, namun terlalu jauh untuk dijangkau, sehingga tanpa sengaja ia menjatuhkan botol mineral.

Ibu Ivone yang kelelahan, renyap sesaat. Hingga suara benda jatuh membuatnya tersentak kaget dan langsung terbangun.

“Astaghfirullahal’azhim, Nak. Maaf Mama tertidur. Sada mau apa sayang?” Ibu Ivone langsung berdiri mendekati putrinya.

Ibu Ivone menunduk ke bawah brankar. Ternyata botol air mineral yang ia gulingkan di pinggir kasur terjatuh. Ia pun menunduk untuk mengambilnya.

“Ma—” panggil Sada lagi.

“Sada mau minum, Nak. Mama ganti air yang baru ya, yang ini buang saja karena sudah jatuh.” Katanya mengambil botol air mineral baru dari kantong kresek putih.

Sada menggeleng. Telunjuk tangan kanannya yang tak di infus mengarah kepada kanula atau selang pernapasan oksigen di hidungnya.

“Kenapa selang oksigennya?” tanya Ibu Ivone bingung.

“Habis.” Kata Sada lemah tanpa suara hanya gerakan bibir yang terbaca samar-samar oleh mata Ibu Ivone. Ibu yang berusia separuh baya yang mengenakan APD itu membuka penutup kepala, lalu mendekatkan telinganya pada bibir Sada.

“Kenapa sayang, Sada mau apa? oksigennya nggak kerasa ya?” tanyanya.

Gadis itu mengangguk, berkata pelan sekali: “Ma … napas Sada se—sak.”

Ibu Ivone menarik kanula yang terselip di hidung Sada dan merasainya dengan jari, tak ada hembusan udara yang keluar, matanya berpindah melihat pada oksigen regulator yang berfungsi mengatur tekanan dan kecepatan aliran oksigen yang keluar dari tabung. Mata Ibu Ivone menyipit untuk melihat jarum dan membaca angka-angka yang tertera pada flow-meter. Jarum okksigen sampai pada garis kuning dan tak bergerak lagi.

“Oksigennya habis. Tunggu sebentar ya, Nak. Mama panggil koas atau perawat dulu ya, Sada sabar ya.” Gadis yang masih tetap mengenakan jilbab pada saat sakit itu hanya mengangguk lemah.

Setengah berlari Ibu Ivone pergi ke ruang jaga, tak memperdulikan pertanyaan ibu yang berada disebelah tirai Sada yang juga sedang menunggui anaknya.

“Koas, tolong. Oksigen anak saya habis, napasnya sesak,” kata Ibu Ivone dengan napas terengah-engah bercampur cemas, bicara pada koas yang barus saja memerika pasien yang berada di koridor luar.

“Sebentar ya, Bu.” Koas laki-laki itu berlari masuk ke ruang instalasi gawat darurat yang berdekatan dengan ruang radiologi. Pada teras dalam ruang radiologi itulah Sada dan beberapa pasien lain di rawat karena belum kebagian kamar. Saking membeludaknya pasien sampai-sampai koridor pun di sulap jadi ruang rawat sementara.

Tak sabar menunggu koas itu kembali lagi, Ibu Ivone menyusul masuk ruang instalasi gawat darurat, sampai-sampai ia bertabrakan dengan koas itu lagi.

Lihat selengkapnya