Heart Disease At Love

Nimas Rassa Shienta Azzahra
Chapter #5

5. PURA-PURA KUAT

Ibu Ivone kebingungan melihat Sada menangis merintih, padahal sebelum Ibu Ivone berangkat ke pasar kondisi Sada baik-baik saja. Keringat dingin bercucuran membasahi tubuh Sada, kulit wajah yang putih terlihat pucat, tangan dan punggungnya pun dingin sekali. Ibu Ivone semakin panik saat Sada tiba-tiba mengalami sesak napas dan terkulai lemas, hampir saja jatuh ke lantai bila tak dipeluknya.

“Sada. Ya Allah, apa yang terjadi, Nak? kenapa kamu sampai seperti ini?” Ibu Ivone menepuk-nepuk pipi Sada yang basah, kepala gadis itu terkulai di lengan ibunya, Sada tak bisa bicara hanya menangis, tangis yang kali ini tanpa suara.

“Nun, tolong. Jainuuun ….” Teriak Ibu Ivone memanggil adik iparnya.

“Kenapa, Ma?” Tante Jainun balas teriak dari pintu dapur rumahnya.

“Sini, Nun. Tolong.” Teriak Ibu Ivone lagi. Ia cemas bukan main melihat wajah Sada membias biru. “Sada. Istighfar, Nak.”

“Astaghfirullahal’azhiim. Teteh kenapa?” Tante Jainun muncul di depan pintu dapur sangat kaget melihat Sada yang terkulai dalam pelukan ibunya.

“Ayo bantu angkat Sada ke kamar.” Ajak Ibu Ivone, tanpa banyak bicara Tante Jainun membantu mengangkat tubuh Sada dan membawanya ke kamar.

“Obatnya masih nggak, Ma?” tanya Tante Jainun, cemas ketika tangannya menyentuh tubuh Sada yang dingin.

“Ada, tolong ambilkan minum.” Pintanya sambil menyandarkan tubuh Sada pada tumpukan bantal. Tante Jainun bergegas ke dapur untuk mengambil air minum. “Sada masih bisa dengar Mama kan? Dadanya nyeri ya, Nak? sesak ya?” katanya mengusap dada Sada yang terlihat turun naik tak teratur, sesekali meraba nadi dipergelangan tangan Sada yang berdetak sangat cepat.

Meski sudah terbiasa menghadapi kondisi putrinya saat terkena serangan jantung, tapi tetap saja rasa takut dan panik itu ada. Hampir saja Ibu Ivone menjatuhkan stoples yang berisi obat-obat jantung putrinya. Ibu Ivone kebingungan mencari obat yang biasa di minum untuk meredakan rasa nyeri jantung, padahal obat itu sudah ada dalam genggamannya.

“Mama cari obat apa?” tanya Tante Jainun yang sudah masuk lagi membawa minum hangat untuk Sada.

“Obat yang dibawah lidah mana?” tanyanya mengeluarkan seluruh isi stoples di meja rias.

“Apa namanya?” Tante Jainun ikut membantu mencari.

“ISDN. Isosorbide apa gitu, lupa?” kata Ibu Ivone sambil menggaruk-garuk kepala.

“Itu yang di tangan Mama apa?” tunjuk Tante Jainun.

“Astaghfirullah. Kalau ular sudah menggigit ini,” Ibu Ivone geleng-geleng kepala, memasukan obat kembali ke dalam stoples dan mendekati Sada.

Gadis yang berprofesi sebagai penulis itu memejamkan mata, namun tetap saja ia tak bisa menghentikan airmatanya untuk tidak mengalir.

“Sa, ini obatnya. Buka mulutnya, Nak.” Ibu Ivone hendak memasukan ISDN ke mulut Sada, namun tangan gadis sulung terulur meminta obat. Ibu Ivone paham, ia meletakan obat pereda nyeri jantung di telapak tangan Sada dan langsung saja Sada menyelipkan obat tersebut dibawah lidahnya.

“Sa, ada apa?” ulang Ibu Ivone penasaran. Jemarinya lembut menyeka pipi Sada yang basah, lalu ia menggenggam tangan Sada yang masih lemas. Pergelangan tangan Sada yang kecil itu terlihat ikut membiru.

“Ma, jangan ditanya dulu. Biar Teteh istirahat dulu,” bisik Tante Jainun, duduk di ujung kaki Sada sambil memimijt-mijit kaki keponakannya yang dingin sekali.

Ibu Ivone menarik napas, berulang kali ia meraba kening putrinya dengan punggung tangan untuk mengukur suhu tubuh. Sungguh ia bingung sekali apa yang sebenarnya telah terjadi sampai Sada mengalami serangan jantung seperti ini.

Ponsel Sada yang tertinggal di dapur berdering lagi. Ibu Ivone dan Tante Jainun saling tatap. “Telepon, Ma. Angkat siapa tahu penting,”

“Dari Dewa.” Katanya melirik Tante Jainun.

“Biar aku yang jagain Sada,” ucap Tante Jainun.

Lihat selengkapnya