“Lo jangan berani-beraninya bentak Audy lagi! Lo itu cuma orang lain yang enggak tahu apa-apa.” Jari telunjuk Julian terarah tepat di depan wajah cowok itu.
Audy maupun Zahra tidak berniat mencegah perang saudara yang memanas itu. Keduaya hanya memperhatikan dan memilih menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Hideki menepis kasar tangan Julian dan melemparkan tatapan menantang. “Terus … apa bedanya sama lo yang juga orang lain, hah?!”
Julian tertegun. Satu pertanyaan tersebut mampu menohok hatinya. Ya, apa bedanya ia dengan Hideki? Mereka sama-sama orang lain.
“Jangan sok-sokan mau jadi pahlawan,” ejek Hideki.
Julian menghunuskan tatapan dingin yang syarat akan emosi pada cowok berambut cepak itu. Kedua iris mata berwarna sama itu pun saling beradu. “Gue emang orang lain, tapi gue tahu semua rahasia Audy yang bahkan lo sebagai sahabatnya enggak tahu.”