Heart Lies

Ajeng Kelin
Chapter #2

Kunci

“Eh Ra? kamu pakai cincin?” tanya Niken memegang cincin yang melingkar di jari manis tangan kanan sahabatnya.

Mata Kara membesar, kaget karena Niken menyadari cincin pernikahannya bersama Randy. Cincin yang melingkar di jari manis tangan kanannya. Dimana selama ini tangan Kara selalu polos tanpa cincin dan juga aksesoris lainnya.

“Ra?” tanya Niken mengulangnya.

“Oh, i-ini…, cin-cin i-ni dari Ibu, baruku,” jawab Kara menyeringai, menutupi gugupnya.

Niken mengerutkan dahinya, seperti tidak yakin dengan jawaban Kara.

“Aku mau main ke rumah barumu dong…, Ibumu, galak nggak?”

“Hmm?” tanya Kara membesarkan matanya lagi.

“Masuk-masuk, ada dosen!” ujar salah satu teman kelasnya memberitahu, kalau dosen yang akan mengajar mereka datang.

Kara dan Niken bergegas masuk ke dalam kelas mengikuti teman-teman yang lainnya. Selama perkuliahan, Niken sudah tidak lagi membahas keinginannya untuk berkunjung ke rumah baru Kara. Jelas Kara tetap memikirkan alasannya agar Niken mengurungkan niatnya untuk berkunjung ke rumahnya. Ia khawatir pernikahannya dengan Randy akan ketahuan.

Usai perkuliahan, Kara dan Niken bergegas menuju ke kantin, dimana Aaron sudah menunggu mereka disana. Terlihat Aaron sedang bermain game di ponselnya, sangat serius.

“Hayo!” pekik Kara mengagetkan Aaron.

“Kara! Astaga…, kalah kan aku,” gerutunya kesal karena dikagetkan oleh kekasihnya itu.

“Sudah pesan makan?” tanya Kara.

“Belum. Pesan gih…, aku mau sop ikan tanpa nasi ya,” pinta Aaron lalu memberikan beberapa lembar uang kertas kepada Kara.

“Lebihnya untukku ya,” ujarnya terkekeh.

“Iya. Pesan sana….”

Kara berlalu untuk memesan makanan. Sementara Aaron menjaga tempat duduk mereka bersama dengan Niken.

“Loh, kamu nggak ikut Kara?” tanya Aaron.

“Lagi nunggu Gani,” jawabnya.

“Loh, belum putus juga?”

“Jangan putuslah…, enam tahun jangan sampai sia-sia,” gerutu Niken.

Aaron hanya menggelengkan kepalanya.

Niken, sahabat Kara sejak Ospek, memiliki seorang pacar sejak duduk di bangku sekolah menengah atas. Hubungannya kurang begitu baik karena mereka kerap bertengkar hanya karena masalah sepele. Salah satunya karena Gani yang sering acuh karena terlalu asyik dengan teman-temannya atau Niken yang yang sering mengajak Kara, jika Ia pergi berkencan dengan Gani.

Berbeda dengan Kara dan Aaron. Mereka berpacaran sejak semester tiga, satu tahun yang lalu. Hubungan mereka hampir tidak pernah dirundung masalah dan terlihat begitu tenang, adem tanpa pertengkaran. Banyak sekali perempuan yang iri dengan Kara, karena berhasil mendapatkan Aaron, mahasiswa tampan keturunan bule.

“Ron, kamu sudah tahu kalau Kara sekarang sudah diadopsi?” tanya Niken sembari celingukan, khawatir Kara datang tiba-tiba.

“Tahu. Dia sempat bilang sekitar empat hari lalu. Tapi aku belum pernah ke rumah barunya sih. Malam minggu nanti mungkin aku ke rumahnya, sekaligus berkenalan dengan orangtua barunya,” jawab Aaron yang ternyata lebih tahu dari Niken, sahabatnya.

“Kara memang parah…, aku sahabatnya nggak dikasih tahu,” gerutu Niken, merasa sahabatnya berlaku tidak adil.

Sementara itu, Kara yang sedang menunggu makanannya saji, mengecek ponselnya yang sejak tadi pagi tidak Ia mainkan.

Banyak pesan masuk yang Ia abaikan dan akan membalasnya nanti, usai makan siang. Namun tidak dengan kontak bernama ‘Anak Bu Nia’, dengan pesan yang berisikan,

Randy : Jangan lupa, lepas cincinnya. Jangan sampai orang curiga.

“Huft…,” hela nafas Kara lalu membalasnya.

Kara   : Iya, Kakak juga jangan lupa melepasnya.

Lihat selengkapnya