Heart Shaped Tears

Noura Publishing
Chapter #1

Bab 1 So-Ju adalah

So-Ju adalah seorang wanita yang sangat aneh.

Aku pertama kali bertemu So-Ju di sebuah bar saat musim dingin. Ketika ikan makerel yang menjadi hidangan pelengkap minuman kami mulai matang, kedua teman yang mengajak kami berkumpul mengumumkan bahwa mereka akan menikah.

Mereka adalah pasangan yang sudah berpacaran selama sepuluh tahun, dan memiliki nama terkenal, Cheol-Su dan Young-Hee1.

Young-Hee adalah wanita aneh—selalu dengan lembut mengelus kulit Cheol-Su yang kasar seperti kulit jeruk, sem­bari berkata, “Lembutnya.” Young-Hee lebih tinggi dan lebih kuat daripada Cheol-Su—perawakannya saja sete­ngah kali lebih besar. Bila Cheol-Su mabuk, Young-Hee akan memandang dan menangkapnya seperti serangga, lalu membawanya pulang. Begitulah Young-Hee. Seorang wanita kuat dalam berbagai makna. Cheol-Su pun tentu bukan pria normal—sama seperti Young-Hee—jika melihat keanehannya selama ini.

Kini, kedua orang itu akan menikah. Cheol-Su yang ber­gantung kepada Young-Hee, dan Young-Hee yang meng­alami tekanan untuk segera menikah. Mungkin hal-hal itu sedikit menjadi alasan, tetapi bukan alasan satu-satunya.

Mereka masih terus berdekatan dan mengelus wajah masing-ma­sing layaknya sepasang kecoak, dan saling meng­ucapkan, “Sayang,” dengan suara sengau, seolah ada nyamuk yang masuk ke hidung mereka.

Saat itu, aku berpikir tidak ingin merasakan cinta jika yang seperti itulah yang dinamakan cinta.

Cheol-Su sama sekali tidak memedulikan perasaanku ini dan berkata, “Kami akan menikah.”

Diikuti Young-Hee, yang mengulangi kalimat yang sama.

Mereka mengatakan hal yang sebenarnya tidak perlu dika­takan dua kali. Spontan aku merasa mereka seperti pasangan sejati.

Sahabat Cheol-Su dan Young-Hee hari itu ada sepuluh orang. Kami duduk berkumpul di bar sempit dan bersenang-senang. Lima sahabat Cheol-Su—termasuk aku, dan lima sahabat Young-Hee. Tadinya kupikir begitu. Karena aku ma­sih belum mengenal wanita aneh bernama So-Ju.

Sahabat Cheol-Su dan Young-Hee mengucapkan selamat dengan acuh tak acuh, dan malah lebih memperhatikan lawan jenis yang duduk di dekat mereka. Kemudian, salah seorang teman Young-Hee yang mabuk mengatakan bahwa aku manis. Aku tentu langsung menyukai wanita itu.

Sejujurnya aku menyukai wanita mana pun yang menyu­kaiku. Lebih tepatnya lagi, tidak ada alasan untuk tidak balas menyukainya. Aku pun berkata kepada teman Young-Hee itu, “Kau juga lumayan manis.”

Mendengarnya, teman-temanku bereaksi seolah ingin mun­tah dan memukul tengkukku, sementara teman-teman Young-Hee terkekeh, nyaris terjatuh dari kursi mereka. Apa yang begitu lucu sehingga mereka tertawa seperti itu? Apakah hanya dengan berkumpul bersama begini saja membuat mereka tertawa? Gendang telingaku rasanya nyaris pecah.

Lihat selengkapnya