Sore hari dengan rintik hujan yang begitu syahdu, membuat Ara termangu sambil menatap kearah jendela. Diambillah sebuah kursi kayu berwarna putih untuk ditempatkan tepat dibelakang jendela itu. "Mengapa hujan turun sederas ini?" Kata Ara sambil beranjak duduk dikursi tersebut. Sambil menatap rintik hujan yang menetes di kaca jendelanya, Ara terlihat melukis wajah sedih. Di otak atiknya embun - embun dikaca tersebut. "G-E-Y-L-E-N" Ara mengeja nama tersebut sambil menulisnya diatas embun-embun hujan. "kau dimana? Apakah kau masih ingat denganku?Aku rindu padamu" tidak sengaja Ara merintihkan bendungan air matanya. Seketika Ara beranjak berdiri, dan berjalan menuju sebuah meja rias. Ia terlihat sedang membuka laci. "ternyata kau sudah berdebu, maaf sudah lama aku tak menengok mu" katanya berbicara dengan sebuah buku tua. Ara perlahan berjalan menuju jendela tadi sambil membawa buku usang tersebut. Dibukanya dengan perlahan,tetapi Ara kembali menutupnya. "apakah aku siap? Aku belum bisa membuka kembali goresan dulu.Tetapi bagaimana pun ini adalah cerita ku" gumamnya. Ara pun perlahan membuka buku itu dengan jari jemari yang bergetar.