Bencana datang ke acara pernikahan orang lain kemungkinan paling besar adalah pertanyaan 'kamu kapan nyusul?
Seperti sebuah penjara bagi Renjana, menemani sang mama ke acara pernikahan anak dari temannya yang menggelar pesta cukup besar. “Renjana kapan nyusul, nih? Teman-temannya sudah menikah semua, dia sendiri yang belum. Lihat tuh Anita aja mau punya dua anak.” Teman mamanya menyindir tentang dirinya yang belum menikah di usia dua puluh tujuh tahun. Benar usia itu akan menjadi bencana baginya tiga tahun lagi.
“Kalau itu sih terserah Renjana. Kalau kami sebagai orangtua hanya menginginkan yang terbaik.” Mamanya membela di depan orang-orang yang sekarang ini sangat banyak. Teman mamanya memang dari kalangan ibu-ibu yang selalu bertanya hal seperti ini ternyata.
Andai sedari awal dia tahu kalau dia akan ditanya seperti ini. Sudah pasti Renjana tidak akan pernah datang, tapi paksaan kakaknya yang mengatakan bahwa dia harus bisa menemukan minimal satu saja seorang laki-laki di sini untuk berkenalan dengannya.
Di ruang keluarga sewaktu Renjana sedang menggendong keponakannya yang baru berusia satu tahun itu. Di sana juga ada Cindy, keponakannya yang nomor satu yang kini berusia tujuh belas tahun dan sudah duduk di bangku SMA.
“Jadi... apa tadi sudah ketemu sama calon yang bisa datang ke sini?”
Kakak satu-satunya yang ia miliki duduk di dekatnya dengan membawa cokelat panas dan biskuit. Suasana seperti ini sangat nikmat sekali, ditambah dengan dinginnya malam dan hujan. Dia pun ke tempat itu karena paksaan Teguh—kakaknya.
Renjana memutar bola matanya. “Kakak kenapa maksa aku banget untuk nyari yang lain?”
Kakaknya meletakkan cangkir dan piring yang ada di tangannya kemudian menghadap samping pada Renjana yang memangku Tama. “Jadi begini, Jana. Seorang wanita itu akan memiliki kemampuan yang berkurang menghasilkan bayi ketika dia berusia tiga puluh tahun, nah kan sebentar lagi kamu berusia tiga puluh tahun, nih?”
“Sebentar. Aku masih dua puluh tujuh, oke!”
“Ah ya, jadi kan aku ingat kalau pacarmu si Yoga itu masih menunggu rumah lunas. Sedangkan rumahnya lunas delapan tahun lagi. Kamu masih mau menunggu?”
Renjana selalu disinggung dengan pernikahan oleh kakaknya. Apalagi tentang Yoga yang masih belum mau menikah. Yoga telah dipacarinya ketika dia baru saja lulus SMA. Dan itu sudah sembilan tahun lalu. “Sayang banget, Jana. Sayang kalau kamu akan dijuluki wanita yang digantung terus sama Yoga. Kamu temenin dia udah lama, terus kalau kamu temani dia lagi sekarang pasti kamu bakalan bosan juga. Sembilan tahun itu nggak sebentar,”