Heartless

Aylanna N. Arcelia
Chapter #1

Heartbroken

Tak jauh berbeda dari hari biasanya. Keadaan sekitar lebih sering sepi daripada ramai. Jika sesekali ada yang datang, paling cuma dua atau tiga orang saja. Lalu kembali lengang dalam waktu lama. Masih banyak bahan makanan yang tersimpan rapi di rak penyimpanan dan freezer. Kompor di dapur juga lebih sering tak digunakan karena jarang sekali ada pengunjung atau pesanan yang datang.

Menatap sedih suasana restorannya yang masih lengang. Argha iseng mencari beberapa referensi resep di sosial media. Mungkin akan lebih baik jika ada beberapa menu yang lebih unik dan menarik. Siapa tahu ide kreasi dari resep terbarunya nanti bisa mendatangkan lebih banyak pelanggan nantinya.

Namun perhatian dan rasa penasaran Argha seketika teralihkan dengan sebuah judul headline berita tentang orang tua yang akan mewariskan semua harta dan kekayaan kepada hewan peliharaan.

Argha tersenyum geli membaca judul berita itu. Dasar orang tua aneh dan tidak berpikir logis. Apa di dunia ini sudah kehabisan manusia? Emang tidak ada seorang anak pun yang mau menjadi penerus dan menerima semua harta mereka nantinya? Tapi saat tahu siapa sebenarnya orang tua yang ada di berita online itu. Seketika senyuman Argha memudar. Berganti menjadi kebingungan dan rasa tak percaya.

Bagaimana mungkin?

***

Melihat keadaan rumah yang sudah bersih dan rapi, Kifly yang sedang gabut menghidupan televisi di ruang tamu. Menukar beberapa siaran televisi dengan tak semangat, namun berhenti ketika melihat wajah sepasang orang tua yang begitu familiar. Liputan tentang usaha bisnis perkebunan, peternakan, dan properti yang sangat sukses tapi harus meneruskan dan mewariskan semuanya nanti kepada hewan peliharaan kesayangan mereka.

Berkali-kali Kifly memastikan penglihatan dan pendengaranyya. Kemudian membaca jelas siapa nama orang tua itu di layar televisi. Dan memang ia sedang tak salah mengenali orang. Mereka adalah mertuanya.

 “Gitta. Tolong kesini sebentar,” Kifly berteriak memanggil istrinya yang sedang sibuk latihan menyanyi di depan cermin dengan penuh penghayatan.

Tak peduli dengan panggilan suaminya, Gitta yang memakai daster motif kulit zebra segera menaikkan volume musik di ponselnya. Latihan kali ini harus lebih serius dan semangat. Jangan sampai audisi berikutnya gagal lagi. Ia lanjut bernyanyi dengan cengkok dan nada yang lebih berirama. Berpadu dengan goyangan yang lebih energik.

Ho ho ho ho ho ho

Ku menyanyikan lagu terindah yang hanya…

“Gitta. Ke sini sebentar,” panggil Kifly dengan suara lantang. “Ada kabar penting dan gawat nih.”

Merasa terganggu dan tak bisa lanjut konsentrasi untuk latihan. Gitta mematikan musik di ponselnya lalu bergegas ke ruang tamu dengan wajah penuh kekesalan. “Ada apa sih?”

“Maaf istriku sayang. Tolong sabar,” jawab Kifly gugup saat melihat wajah galak istrinya sambil berkacak pinggang. “Coba kamu nonton dulu acara di tv ini. Merasa kenal kan dengan mereka?”

Menahan kekesalannya, Gitta mendekat untuk menonton tayangan televisi. Sepersekian detik, dia hampir tak percaya dengan apa yang sedang dilihat dan didengarnya. Orang tuanya kini sedang ada di sebuah program televisi seraya memamerkan perkebunan, peternakan dan beberapa properti yang mereka punya dengan penuh rasa bangga.

Lebih dari lima belas menit, Kifly dan Gitta menonton hampir tak berkedip dan tak berkomentar apa pun.

Ada rasa penasaran bercampur kesal juga menyesakkan hati yang dirasakan Gitta. Menyaksikan segala fasilitas dan kenyamanan yang sudah ikut dia nikmati sejak dulu. Tapi sekarang dirinya hanya bisa tinggal di sebuah rumah kontrakan sempit dengan keadaan yang serba pas-pasan.

“Mami lapar,” ucap seorang anak yang baru keluar dari kamarnya. Ia menghampiri orang tuanya yang sedang serius menonton. “Kapan kita makan?”

Gitta menoleh sebentar lalu mengusap rambut anaknya. “Sebentar ya. Kita nonton acara tv ini dulu.”

Dengan wajah cemberut, Delvin mengangguk pelan sambil menahan rasa laparnya. Dia ikut menonton televisi bersama kedua orang tuanya. Melihat rumah besar dan luas dengan banyak makanan enak yang terhidang di meja makan membuat Delvin merasa semakin lapar.

“Mereka siapa sih?” tanya Delvin penasaran. “Kenapa kita harus nonton?”

“Kakek dan Nenek kamu.” jawab Kifly.

“Kenapa Delvin tak pernah ketemu Kakek dan Nenek? Kan kita bisa minta makan enak dan banyak di sana.”

Lihat selengkapnya