Heartless

Aylanna N. Arcelia
Chapter #2

Heartbreaking

Udara sore terasa sejuk dan menenangkan. Pak Rajendra yang sejak pagi sibuk berkeliling di beberapa greenhouse, lalu mengawasi para pekerja memberi makan dan membersihkan kandang ayam, seketika merasa lapar. Sudah saatnya pulang bertemu istri tercinta dan makan bersama.

Mengambil beberapa telur ayam lalu dimasukkan ke keranjang. Pak Rajendra naik motor listrik pulang ke rumah. Sepanjang perjalanan, pemandangan hijau dari perkebunan apel yang lebat dan subur memanjakan mata. Para pekerja yang sedang sibuk memetik apel bergantian menyapa dan tersenyum pada Pak Rajendra. Ada rasa segan dan hormat pada Bos yang sudah banyak membantu hidup mereka.

Bertemu istri setelah seharian bekerja adalah hal yang paling membahagiakan. Mengamati Bu Firda yang sedang memberi makan Roland dan Ryuka di halaman, Pak Rajendra turun dari motor dan membawa sekeranjang telur.

“Makan apa kita malam nanti Bu?”

Bu Firda menoleh dan tersenyum. “Bapak sudah pulang?” tanyanya lalu beranjak mencium tangan suaminya. “Menu makan malamnya lihat saja nanti di meja makan.”

 “Apa pun yang Ibu masak sudah pasti enak,” puji Pak Rajendra. “Gimana kabar Roland dan Ryuka, Bu?”

“Baik-baik saja Pak. Kan kemarin baru kita cek semuanya ke dokter hewan terbaik di kota. Jadwal vaksinasi dan vitamin mereka juga teratur. Masalah bulu rontok itu hal yang biasa. Nanti kita bawa mereka ke salon hewan yang paling bagus dan terkenal.”

Mngehela napas lega, Pak Rajendra tersenyum senang. “Syukurlah, Bu. Bapak khawatir sekali kalau mereka berdua ada masalah kesehatan.”

Bu Firda mengangguk setuju. “Ya, Pak. Ibu kemarin juga sempat takut kalau mereka sakit atau ada masalah yang lain. Siapa lagi yang nanti bisa menemani dan menghibur kita di masa tua?”

“Tak usah khawatir begitu. Semua akan baik-baik saja, Bu.”

Setelah beberapa lama berbincang sembari istirahat di ruang tamu. Terdengar suara bel pintu berbunyi. Bayangan lelaki yang tampak mencurigakan dari jendela luar membuat Pak Rajendra seketika siaga dan sigap melindungi istrinya.

“Siapa itu Pak?” tanya Bu Firda dengan wajah kebingungan. “Rasanya para pekerja sini tidak ada yang begitu gerak-geriknya.”

“Tunggu di sini dulu, Bu. Biar Bapak yang buka pintunya. Kita harus hati-hati.”

Bu Firda mengangguk dan cepat membawa Ryuka ke kamar. Pak Rajendra memberi aba-aba Roland untuk mengawalnya dari samping. Dengan langkah pelan dan sikap penuh kewaspadaan, kunci pintu depan dibuka.

Betapa kagetnya Pak Rajendra melihat siapa yang datang. Sosok yang sudah begitu lama pergi, kini mendadak berada di depan rumah. Rasanya begitu aneh dan asing. Tak ada kata yang bisa terucap. Hanya berusaha menahan semua emosi dan saling menatap tajam.

“Bu. Tolong ke sini sebentar,” teriak Pak Rajendra dengan suara bergetar pilu. “Lihat siapa yang datang.”

Mendengar suara suaminya yang terdengar panik, Bu Firda segera meletakkan Ryuka di sofa khusus lalu bergegas ke arah pintu depan. Dan ketika melihat siapa yang datang, untuk beberapa saat situasi hening dan menjadi canggung.

Anak sulungnya kini sudah bertambah tinggi dan dewasa, tapi terlihat lebih kurus. Mungkin di luar sana makannya kurang sehat dan teratur. Penampilannya tampak berantakan dengan rambut agak gondrong, kacamata retak sebelah, kumis tipis, dan pakaian kurang rapi. Setelah 8 tahun lamanya tidak bertemu dan saling berkirim kabar, banyak hal yang sudah berubah. Tapi bagaimanapun juga tak bisa mengubah sedikit pun rasa sayang dan cintanya sebagai seorang Ibu.

Lihat selengkapnya