Heartless

yShine
Chapter #5

Rosary Tavern

Jadi, apakah kau mau minum denganku?

Sendirian begini jadi membosankan.

Atau mau main bola salju?

Kelihatannya badai belum akan berhenti, langitnya malah semakin kelabu seperti dini hari saja. Orang-orang pasti menggunakan kesempatan ini untuk berkumpul bersama anggota keluarga sambil menikmati hidangan.

Benarkan?

Aku tidak iri.

Bukankah mereka jadi kelihatan seperti tikus yang terjebak di guanya yang hangat bersama sepotong keju?

Ah, aku rindu keju.

Ketika Hansel masih hidup dan bekerja tiada henti di rumah Linnet... Benar, kakak sudah mati ya? Sayang sekali... maksudku bagus sekali. Jadi tugasku sekarang menjaga Linnet tetap hidup.

Linnet tidak boleh mati.

Tidak boleh.

Aku... Aku mau kau mengirimku kepada Hansel. Aku... Aku tidak sanggup lagi hidup tanpa dia....

Bicaranya dia itu keterlaluan.

Seharusnya dia tahu aku tidak akan membiarkannya, karena Hansel tidak boleh ketemu Linnet lagi. Ini baru benar.

Hari itu rupanya aku beruntung ya karena membawa permen dan kue jahe, lagi pula aku tidak berpikir Sable harus makan kue-kue yang ada racunnya. Dia teman yang lumayan. Aku berencana memberitahu Sable kalau kapten Darian itu laki-laki yang suka menjual gadis-gadis.

Menjual gadis-gadis itu perbuatan tidak baik, iya kan?

Terus terang aku sungguh ketakutan kalau-kalau Linnet akan membunuh dirinya sendiri tapi dengan santai Jupitter bilang dia tidak akan melakukannya....

Perjalanan pulang dari pondok hari itu malam sudah turun sepenuhnya. Di sepanjang jalan lampu-lampu menyala, kadang menciptakan bercak cahaya samar di jalan yang licin. Cahaya keemasan dari etalase-etalase toko yang kulewati membanjir ke udara yang membeku.

Satu dua kereta kuda meluncur di jalan datang dan pergi, menurunkan pria-pria berstelan mewah atau wanita dengan mantel bulu bagus dan perhiasan dari batu-batu mulia warna-warni di depan gedung teater yang sudah penuh orang. Aku tidak mau jadi bagian orang yang saling berjejelan di pintu masuk tersebut, kemudian Jupitter rupanya juga tidak.

Dia berdiri di bawah tiang lampu, diseberang gedung dan aku bisa melihat bahwa dia sedang mengawasi atau mungkin mencari sesuatu.

"Sedang apa kau?" sapaku begitu menghampirinya.

Lihat selengkapnya