SELAMAT DATANG KAKAK, SELAMAT DATANG KAKAK….
Delapan bus berjajar rapi di pelataran, seakan menjadi saksi bisu sebuah perjuangan akan dimulai. Suasana ramai, penuh pesan dan doa yang dititipkan.
“Jangan manja, Al. Kalau nanti nggak kuat, telepon Mama ya, Nak,” ucap mamanya lembut.
Alera mengangguk. Dalam hati, ia sebenarnya agak geli dengan kata manja itu, tapi ia tahu ini saatnya membuktikan diri.
Ketika hendak naik bus, langkah Alera sempat terhenti. Pandangannya tertuju pada seorang cowok yang dipeluk berkali-kali oleh ayahnya, bahkan cipika-cipiki segala. Alera sampai terkekeh sendiri. Wah, romantis banget bapak-anaknya.
Setelah meletakkan ranselnya di kursi, Alera turun lagi untuk pamit pada mama-papanya. Tapi saat kembali, kursi sebelahnya sudah ada yang duduk. Dan, astaga—cowok yang tadi cipika-cipiki itu.
“Sori, bisa geser dikit barangnya?” pinta Alera sopan.