Selamat Datang di Bumi Perkemahan Welirang.
Alera membuka mata. Bus sudah sepi, hanya dirinya tersisa. Barang-barangnya hilang, hanya ada hoodie hitam di kursi.
“Wah, tega banget tuh cowok. Gue ditinggalin.”
Begitu turun, ia melihat peserta lain sudah sibuk membawa barang menuju tenda besar. Pandangannya agak kabur, tubuhnya masih lemas.
“Alera Intan Cahyani?” sapa seorang kakak panitia. Alera sempat membaca name tag di rompinya, Anggara.
“Iya, Kak. Saya Alera.”
“Tadi kamu sempat demam, makanya nggak dibangunin. Sekarang gimana, sudah baikan?”
Alera kaget. Demam? Kapan coba... Tapi ia buru-buru menjawab, “Baik, Kak. Udah mendingan kok.”
“Baguslah. Kalau begitu silakan gabung ke lapangan, sebentar lagi opening ceremony.”
Alera mengangguk, melangkah sambil menatap hoodie hitam itu. Apa jangan-jangan...
Di lapangan, ia melihat Kalavi sedang ngobrol dengan beberapa peserta. Saat mata mereka bertemu, Kalavi buru-buru memalingkan wajah.
“Sombong banget sih,” desis Alera pelan.
“Perhatian semua!” suara lantang Anggara lewat mikrofon membuat lapangan langsung hening.
“Satyaku ku darmakan, darmaku ku baktikan... SALAM PRAMUKA!”
“SALAM!” jawab peserta serempak.
“SALAM PRAMUKA!”
“Pramuka, Praja Muda Karana!” sorak peserta, mengguncang kaki Gunung Welirang.
“Selamat sore, adik-adik,” sapa Anggara ramah. “Perkenalkan, saya Anggara Hutomo, satuan anggota Pandega. Bersama Kak Rio, Kak Ridho, Miss Aca, dan Miss Melly, kami akan bersama-sama mengikuti, mendampingi serta memandu jalannya Perkemahan Pramuka Nasional di kaki Gunung Welirang.”
Tepuk tangan riuh menggema.
“Lima menit ke depan, kita akan bersama-sama mengikuti Opening Ceremony Perkemahan Nasional Welirang,” lanjut Anggara, lalu menurunkan mikrofon sambil berbisik ke rekannya.
Alera terkesiap. Teman-temannya mulai bergerak ke depan, sementara ia baru sadar sudah melewatkan beberapa pembagian acara. Dengan terburu-buru, ia bergabung dengan rombongan lain.
“Selamat sore, Kak Aca. Hari ini kita berdua yang bertugas jadi MC Opening Ceremony Perkemahan Nasional Welirang,” kata Anggara.
“Betul sekali, Kak Anggara. Baik, mungkin kita sapa dulu peserta dari seluruh Indonesia,” timpal Miss Aca dengan semangat.
“Eh, tunggu dulu. Kalau anak Pramuka itu pasti ada yel-yel, kan?” seru Anggara.
“Betul! Yuk kita coba lihat yel-yel dari salah satu kontingen,” jawab Aca.
Anggara menunjuk rombongan Alera. Spontan, Alera merangkul cewek di sampingnya. Bersama empat cowok, mereka membentuk lingkaran kecil.
Di sini kawan, di sana kawan
Di mana-mana kita tetap bersama
Di sini kompak, di sana kompak
Pramuka selalu solid dan kompak
“Wow! Hebat! Tepuk tangan dulu dong!” seru Anggara.
Miss Aca terkekeh. “Lucu banget, mereka kompak meskipun mendadak.”
Acara berlanjut dengan sambutan tamu undangan VIP, penampilan tari penyambutan, hingga pembacaan Trisatya dan Dasa Dharma Pramuka.
Alera tersenyum kecil ketika melihat siapa yang maju membacakan Trisatya. Si cowok sombong itu—Kalavi. Suaranya lantang, penuh percaya diri. Lalu seorang cewek di sampingnya membacakan Dasa Dharma dengan tak kalah mantap.
Usai opening ceremony, kegiatan dilanjutkan untuk pembagian tim regu.
“HALO ADIK-ADIK!” Miss Aca kembali memegang mikrofon. “Mohon jangan meninggalkan lapangan dulu, karena sebentar lagi akan ada pembagian regu putra dan putri. Terima kasih.”
“Oke, yang kakak sebutkan nama-namanya. Yang dipanggil, silakan pisahkan diri,” ucap Kak Rio, dibantu Kak Ridho dan Miss Melly yang mulai mencentang daftar.
“Regu pertama, Rinjani. Untuk putra, ada Kalavi Raihan Dirga, Ananda Yoga, Langit Jayadi, Putra Palapi. Silakan ke sebelah kiri saya.”