Hearts to Venturer

Adinda Amalia
Chapter #11

10: Deep Talk [Hari 5 - Malam]

Alera menghela napas lega saat melihat Kalavi akhirnya muncul. Cowok itu datang dengan gaya santai, kaos putih polos dan celana pendek hitam—vibes anak Jaksel banget. Sementara teman-temannya tampil rapi—kemeja, celana panjang, ada yang sampai gulung lengan biar kelihatan keren—Kalavi malah kayak mau nongkrong di kafe.

“Semenjak ada Roblox, gue jadi jarang buka FF,” celetuk Putra.

“Gue tetap setia FF,” sahut Kalavi sambil duduk di sebelah Yoga. “Kalau lo, Ga?”

Yoga cuma mendesah, nadanya datar. “Kalian mah enak, bisa main game. Gue pulang sekolah langsung kerja di kafe.”

Kalavi sempat terdiam. Ada yang mengusik di hatinya, tapi urung ia komentari.

Obrolan itu terputus ketika Linzy datang membawa dua piring tempe dan tahu goreng.

“Wah, makanannya mantap!” seru Putra. Langit ikut nimbrung, tangannya sudah melayang mau nyomot.

“Heh!” Linzy menepuk tangan Langit pelan.

“Kenapa? Buat kita juga, kan?” Langit pura-pura protes.

“Iya, tapi gue mau kasih ke Kalavi dulu. Dia kan ketua,” jawab Linzy sambil nyengir. “Kalavi, lo mau yang mana?”

Kalavi memandangi piring itu, seolah sedang menimbang.

“Atau… mau abon aja?” sela Alera dari ujung meja.

Kalavi mengangkat alis, tawaran berbeda datang dari dua arah. Akhirnya ia memilih, “Boleh deh abon.”

Alera langsung senyum lebar, buru-buru membuka toples kecil di depannya. “Nih, abisin juga nggak apa-apa.”

Tanpa disuruh, Linzy sigap menyodorkan gelas air. “Jangan lupa minum.”

Yoga, Putra, dan Langit saling pandang. Eva dan Dein yang duduk tak jauh ikut melirik. Seisi meja mendadak memperhatikan mereka.

Linzy pura-pura santai. “Kenapa? Salah ya perhatian sama ketua?”

Alera buru-buru mengalihkan pandangan, pura-pura sibuk ambil nasi. “Udah deh, ayo makan.”

Putra tiba-tiba nyeletuk sambil nyengir, “FYI, Kalavi nggak makan tahu tempe. Jadi kalau dia cuma nontonin doang, bukan berarti dia nggak mau—emang nggak biasa aja.”

 Alera sempat bengong, ngerasa itu info yang telat banget. “Oh… ya ampun, gue nggak tahu,” gumamnya sambil ikut ketawa kecil, pipinya memanas.

Kalavi menatapnya sebentar, lalu nyeletuk santai, “Gue alergi soalnya.”

Lihat selengkapnya