Heather

Mariana Nur Haliza
Chapter #2

Pembiasaan Diri

"Gua masih belum terbiasa pakai bahasa baku kayak kalian, haha!" ucap Merri.

"Santai aja, senyaman kamu pakai bahasa apa." jawab Kevin.

"Tapi kamu udah ngga ngomong kasar lagi sih, Mer." tuturku.

Kami sedang menikmati istirahat di lantai bawah, sebelum cafe dibuka. Setelah selesai membersihkan cafe, kami selalu berbincang perihal suasana kampus sebelah, membicarakan gebetan, dan lain sebagainya. Tepat satu minggu, aku bekerja di cafe buku milik Pak Hendra, aku nyaman dengan suasana, lingkungan, dan termasuk orang-orang di sekitarku.

Termasuk Merri, ia berasal dari Jakarta Selatan, dengan nada khas bicara ala anak Jakarta yang tak ada logat medhok sama sekali, sedikit dicampur sepatah atau dua patah kata bahasa Inggris, dan ucapannya yang terkesan tak sopan tersebut pun perlahan menghilang. Ya, walaupun di kota Malang ini masih banyak yang memakai beberapa ucapan kotor yang tak sepantasnya di ucapkan seperti sama halnya di kota tempatku berasal, kami bisa menyaring hal-hal tersebut. Terlebih lagi, pengunjung di cafe buku ini merupakan orang-orang yang menyukai kedamaian. Seperti contohnya, para pelajar yang sedang mengerjakan tugas dan membutuhkan tempat yang damai. cafe buku cocok sekali bagi orang-orang yang tak menyukai tempat bising.

Pun disini, dilarang merokok, dilarang membawa miras dan obat-obatan, dan dilarang bersuara terlalu keras. Tempatnya pun sangat terang, karena sesuai dengan namanya, cafe buku membutuhkan tempat dengan pencahayaan yang bagus agar sehat untuk para pembaca.

"Awan, ada yang pesen coffe latte ditulis pakai nama Baranina." ucap Merri.

Merri memperhatikanku menyajikan coffe latte yang dipesan pelanggan, dalam batinku, namanya sangat unik. Apa ini nama perempuan? Sepertinya iya, Baranina. Barani yang artinya berani, mungkin panggilannya Nina. Haha.

"Wih! Sip." ucap Merri.

Merri pun mengantarnya ke meja pojok yang menghadap ke jendela luar cafe. Viewnya hanyalah jalan raya yang cukup ramai dan beberapa tanaman cafe, namun meja tersebut menjadi tempat favorit karena cahaya yang masuk adalah cahaya mentari langsung. Jika cuaca sedang dingin, pojok cafe terasa sangat dingin. Termasuk sekarang, hujan lebat sedang mengguyur kota Malang.

"Wanita itu dari tadi memperhatikanmu, Awan." ucap Kevin.

Lihat selengkapnya