Pilihannya hanya ada dua, kau bisa percaya padaku atau kau harus percaya padaku. Well, kau tahu aku wanita keras kepala yang tidak suka dibantah, kan?Â
-Leah Anderson-
Banyak hal yang tiba-tiba menjadi pertanyaan di kepala Ethan. Semua bermula dengan terkuaknya perjanjian antara keluarganya—Diggory dan keluarga Anderson. Entah apa pun alasan dilakukannya perjanjian itu, menurutnya tetap tidak masuk akal jika itu terus berlangsung sampai ke semua keturunan. Apalagi dengan nyawa sebagai taruhannya.
Ethan mulai memikirkan berbagai macam kemungkinan tentang kaitan semua ini dengan kasus orang tuanya. Secara spesifik, keluarganya memang tidak menampik jati diri mereka sebagai warlock. Namun ada beberapa hal yang menurut Ethan telah disembunyikan darinya. Seakan dia dan Jason hanya diizinkan untuk bermain air, tapi tidak untuk berenang.
Instingnya mengatakan ada sesuatu yang kelam telah terjadi pada sejarah keluarganya. Jika tidak, mana mungkin sampai ada perjanjian darah di antara kedua keluarga, benar?
Jason telah tidur di kamarnya. Dalam sepanjang hidupnya, ini adalah pertama kalinya dia tidur cepat karena energinya habis untuk menangani seorang Hillary. Ethan kembali memeriksa Jason di kamarnya. Adiknya itu benar-benar pulas, bahkan jika ada petir menyambar pun sepertinya dia tidak akan bangun. Kesempatan bagus bagi Ethan untuk mencoba membuka portal menuju ke ruang rahasia di Heavenhell Akademi.
Cara kerja portalnya memang cukup terbatas. Dia hanya bisa menciptakan portal ke tempat yang pernah dia lihat secara langsung. Entah warlock lain seperti itu atau tidak, tapi yang jelas tidak semua warlock bisa melakukannya. Jason adalah salah satu warlock yang tidak bisa membuka portal, atau mungkin belum. Dia masih sangat muda, dan energi sihir yang ada dalam dirinya juga belum terbangun dengan sempurna.
"Sial," desis Ethan.
Berkali-kali dia berusaha untuk membuka portal, tapi selalu gagal. Ada sesuatu yang menghalanginya. Tentu saja, ruangan itu tidak mungkin menjadi ruangan jika terlalu mudah diakses menggunakan portal.
"Kau mau ke sana lagi, ya?"
Ethan berjingkat dan otomatis memutar badannya saat mendengar suara Leah. Wanita itu berdiri di belakangnya, dengan jubah merah yang mulai tampak familiar di mata Ethan dengan kedua tangan menyilang di depan dada.
"Kenapa kau di sini?!"
Leah masuk tanpa dipersilakan. "Tentu saja untuk menjagamu."
Ethan memutar kedua bola matanya sambil menghela napas panjang. "Dengar, kau tidak perlu repot-repot untuk menjagaku sepanjang hari. Kau pasti juga punya kegiatan yang harus kau lakukan, bukan? Jadi, datanglah hanya jika kuminta untuk datang."
"Dan kau pasti tidak akan pernah memintaku untuk datang. Sebenarnya, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat."
Ethan menautkan kedua alisnya. "Kemana?"
"Perkumpulan klub buku. Aku ingin mengenalkanmu pada teman-temanku di sana."
Ethan berlalu dari hadapan Leah menuju ke dapur, mengambil sebotol minuman dari dalam kulkas. "Aku tidak tertarik dengan perkumpulan semacam itu."