Blurb
Kemana lagi aku harus pergi?
Pertanyaan itu terus menggema di kepalaku selama ini. Ternyata tidak semudah yang kubayangkan. Petunjuknya juga ganjil! Sebuah keajaiban membuatku hidup sampai saat ini. Api unggun yang nyaris padam itu mengeluarkan cahaya samar yang sedikit menerangi remang-remang gua ini. Aku menatap telapak tanganku seraya mengepalnya kuat-kuat.
Belum cukup. Aku belum menggapai semuanya! Siapa? Siapa yang memulai ini semua? Aku tak bisa menerima kenyataan jika aku harus mati disini tanpa mengetahui apa-apa. Helaan nafas panjang benar-benar terasa sesak disini. Seharusnya aku menikmati musim dingin di dekat perapian. Yah, ini konsekuensinya. Aku takkan bisa mengubah masa lalu. Hm? Apa maksudmu? Menyerah?
Aku tidak berpikir untuk menyerah, kawan. Kurasa itu tertera jelas di wajahku yang seharusnya sudah berubah ini. Aku akan menaklukkan apapun untuk mengetahui kebenaran ini. Siapa tahu aku bisa menemukan sesuatu yang berharga di hidupku. Temanku menunduk, kurasa dia mengerti maksudku. Kami membisu untuk beberapa saat, menunggu badai berhenti. Malam yang panjang akan datang menurutku. Aku tak suka perjalanan ini. Perasaan diawasi tidak bisa lepas dari bulu kudukku. Kuharap hal itu segera hilang, tapi tidak. Dia terus mengintai. Entah siapa dia yang kumaksud. Tapi aku yakin ada yang membuntuti kami sejak perjalanan ini bermulai.
Langkah kami mulai menjejak bumi lagi. Salju menutupi semua area. Udara tipis sepertinya tidak mengganggu temanku ini, jujur saja, kalau aku sangat terganggu. Paru-paruku serasa berteriak minta udara. Tapi setiap udara yang masuk ke rongga dadaku serasa menggores organ dalamku karena dinginnya. Aku ingin cepat-cepat mengakhiri ini, tapi aku juga tak mau turun tanpa hasil. Aku harus terus berjuang. Ingatlah mereka yang menaruh harapan padaku.