Hedorâ Line

Jasmin Fahma Aulia
Chapter #6

Magiacture

“Zephyr, kurasa kita menemukan sungai kecil.” Zephyr langsung menyusul Khitta yang sudah berada di depan, dahaganya memicu semangatnya. “mana?!” teriaknya, Khitta menatap aliran air itu dan mengangguk. “ini aman, minumlah.” Zephyr menadah air di tangannya dan menenggaknya sampai habis. Berkali-kali ia lakukan sampai rasa hausnya terpenuhi. Khitta melihat panah yang menyembul dari dalam tas Zephyr. “Zephyr, kau membawa panah. Tapi dimana busurmu?”

Anak itu tersedak mengingat dia melupakan busurnya. “cih! Bodohnya aku! Kurasa aku meninggalkannya di jurang,” ujarnya jengkel. Khitta menghela nafas, dan mendekatinya. “kurasa jika kau tahu sihir senjata kau akan bisa memunculkan busur sihir.” Zephyr bersemangat dan menanyakan hal itu kepada lynx itu. “tidak, tidak, aku bukan pengguna sihir semacam itu. Dan kau harus mengerti, tidak semua sihir bisa kau kuasai. Jika jiwamu tidak menyamai kekuatan sihir itu, kau bisa mati.” Zephyr mendadak lesu lagi, tapi dia berdiri dari tempatnya, “ayo, aku sudah puas.” Mereka pun melanjutkan perjalanan di hari yang masih pagi itu.

“Khitta, lihat itu, apa kau bisa mengambil sarang burung itu?” Khitta mencibir dan mendengus. “kau terus mengandalkanku, ambillah sendiri. Aku tak selamanya bersamamu.” Zephyr menatapnya lekat-lekat, lalu menoleh pohon yang menahan sarang burung itu. Kurasa aku bisa memanjatnya. Zephyr melepas sepatunya dan mulai memanjat dengan semua keahlian mendadaknya. Saat dia sampai di atas, dia menemukan sarang lain yang lebih mudah di jangkau. “yup! Empat.” Zephyr mengambil semua telur itu dan menaruhnya di salah satu kantung di tasnya, lalu menuruni pohon itu.

“dapat?” Zephyr memakai sepatunya dan tersenyum. “tentu saja! Hal itu sih mudah saja bagiku, tidak seperti kau.” Khitta merasa jengkel, wajahnya berubah menyebalkan. “jangan sampai kau memintaku untuk mengambilkanmu buah lagi setelah ini.” Zephyr terkekeh, “haha, kau begitu mudah tersinggung, aku bercanda. Tenanglah.” Mereka mulai berjalan kembali. “oh ya, Khitta, kau ini makhluk apa sih?” ujar Zephyr sambil menggigit kacang kenari.

“aku dan yang lainnya bisa disebut hewan magis atau magiacture. Wujud kami memang seperti hewan, tapi kami bisa melakukan berbagai sihir. Beberapa dari kami – seperti aku, bahkan bisa berbicara dan berfikir seperti kalian para manusia. Aku sendiri adalah magiacture jenis charget.” Zephyr mengangguk-angguk, “tapi kenapa aku belum pernah melihat hewan sihir sebelumnya?” Khitta mengatakan itu wajar karena magiacture hanya tinggal di pegunungan ini. “Jumlah kami menurun sejak manusia mulai menguasai daratan. Para magiacture yang tersisa mengasingkan diri ke pegunungan ini yang merupakan pegunungan tertinggi diantara semuanya, dan yang berada di samudra menyembunyikan diri di palung terdalam,” papar Khitta setelah berhasil naik ke bahu Zephyr sebelumnya.

“kami terkadang kagum pada kalian, para manusia. Kalian bukan hewan, tapi terkadang lebih lemah dari mereka. Ada pula keadaan dimana kalian menaklukkan kami para magiacture untuk bekerja pada kalian. Sungguh makhluk yang rumit.” Zephyr menatap lurus sambil memikirkan perkataan Khitta tadi. Khitta menoleh kebelakang, “bukan apa-apa,” ujarnya sebagai jawaban saat Zephyr bertanya soal hal itu. “ceritakan padaku soal chaer. Kurasa kau sudah bertemu dengan banyak chaer sebelumnya.” Khitta menggeram pelan, “soal itu...”

“ack!” Khitta terkejut dan melompat turun, Zephyr berlutut dengan wajah meringis. “ada apa?” Zephyr berkata sesuatu sepertinya menggigit kakinya. Khitta menyuruhnya menggulungkan celananya. “sudahlah tak usah dipikirkan. Sudah tidak terasa lagi.” Khitta tetap memaksa dan Zephyr tidak mau ambil pusing seraya menggulung celana di kaki kirinya. “lihat, aku tidak –” Zephyr termangu melihat tulang keringnya, sesuatu seperti serangga hinggap disana.

Khitta langsung melemparnya menjauh. “apa... serangga itu beracun?” Khitta menggeleng “itu tidak beracun, tapi itu bukan kumbang biasa. Namanya adalah Aukkum. Jika kau membiarkannya lebih lama, dia bisa melubangi tulangmu.” Zephyr menenggak ludah mendengarnya, Khitta menunjukkan salah satu kaki depannya ke arah Zephyr. “ingat, hutan ini bukan hutan biasa yang pernah kau lewati selama ini. Hutan ini penuh dengan sihir dan makhluk yang tidak ada di dunia luar. Jadi kau harus lebih berhati-hati”

Zephyr merasa ungkapan itu terlalu berlebihan, “aku tahu, tapi aku tidak melihat magiacture lain selain kau dan kumbang tadi.” Khitta tiba-tiba memasang wajah waspada, “aku merasakan keberadaan Mhir crets!” Zephyr langsung terhenyak dan berteriak “MANA?!” Khitta langsung melompat ke wajah pemuda itu dan menutup mulutnya dengan tubuhnya setelah membuatnya terbaring di tanah. “tenanglah! Kau tidak mengerti apa yang ku katakan tadi?!” Khitta perlahan turun dan mengisyaratkan untuk mengikutinya perlahan.

Mereka bersembunyi di balik sebuah batu besar, Khitta sesekali mengintip dari sisi kiri batu itu. Zephyr penasaran dengan apa yang kucing itu lihat dengan wajah waspada seperti itu. Apa sih yang dia lihat? Zephyr mengintip dari sisi kanan batu itu dan nyaris berteriak jika ekor Khitta yang memanjang tidak membekap mulutnya. “jangan bersuara.” Zephyr mengangguk dengan tangan mencengkram sejumlah daun yang tak sengaja dia genggam, mencoba menenangkan jantungnya yang terpacu.

~”~”~”~”~”~”~”~”~

“MAKHLUK APA ITU?! Itu – seperti... AH!” Zephyr tidak bisa menahan suaranya, padahal hari sudah malam. Khitta mendesis “shh! Kau akan menarik perhatian predator malam!” Zephyr melahap telur bakar yang sudah dingin itu, masih mencoba menenangkan dirinya. Khitta tertunduk menatap api unggun yang menerbangkan beberapa bunga api kecil yang menghilang cepat di udara. “makhluk tadi adalah magiacture jenis Turkwad. Kadal raksasa itu hanya bisa tinggal di sekitar air, dan aku baru ingat ada sungai besar yang hulunya cukup dalam untuk monster sepertinya. Sungai-sungai yang kita temui sebelum ini adalah cabangnya”

Lihat selengkapnya