Hedorâ Line

Jasmin Fahma Aulia
Chapter #7

Mhir Crets

“ZEPHYR!” Khitta panik dan menceburkan diri kedalam air, berenang secepat mungkin kedalam air dan menarik Zephyr yang tenggelam. Luka memar dan robekan di wajah chaer itu menyayat jiwanya, Khitta menggiringnya ke darat secepat mungkin dan membawanya menjauhi air. Maafkan aku! Aku sungguh lengah! Bertahanlah, Zephyr! Kadal raksasa itu mendengus puas dan kembali memasuki teritotinya.

Khitta membaringkan Zephyr di tanah, dia sibuk mencari sulur yang cukup lembut untuk penutup luka. Kakinya yang berbulu tebal menyulitkannya menutup luka di dahi rekannya itu. Rahangnya juga terluka, apa yang harus kulakukan? Khitta panik melihat keadaan Zephyr yang tampak tak berdaya itu. Dia menatap langit yang bahkan baru diterangi sinar matahari. Kenapa ini bisa terjadi?

“kita sampai, bangunlah Zephyr.” Pemuda itu mengerjap dan turun dari punggung charget itu. “woah, ini terlalu indah untuk disebut sarang musuh!” seru Zephyr melihat keindahan hulu sungai yang diterangi jutaan bintang di langit itu. “ini adalah tempat dimana kami biasanya menenangkan diri. Tak kusangka pemegang mhir crets akan berada disini.” Zephyr mendekati air yang hampir tidak beriak itu. “tapi, apa kau tidak berfikir ini terlalu tenang?”

Khitta mengangguk “itulah, aku juga berfikir –”

Zephyr terlempar bersama suara hantaman yang keras. Air sungai yang tenang itu mengeluarkan cahaya merah saat Zephyr tidak keluar dari air. Khitta melompat kedalam air dan mencoba menyelamatkannya, Turkwad mengayun-ayunkan ekor bergadanya dan tertawa kencang melihat korbannya tersiksa. Saat Khitta menyembul dari air dengan Zephyr di gigitannya, Turkwad berteriak “kau pikir akan begitu mudah mengalahkanku, charget?! Aku bisa bergerak di darat sebaik aku bergerak di air! Hahaha!”

Sial! Batinnya memaki. Khitta mencoba menyembuhkannya dengan magia penyembuh miliknya. Tapi nihil, lukanya terlalu serius, tak ada yang bisa dia lakukan. Apa aku... gagal lagi? Tidak! Zephyr masih hidup! Khitta meringkuk di dekat Zephyr sambil memikirkan cara mengalahkan monster itu.

~”~”~”~”~”~

Jembatan yang kau bangun mulai meruntuh.

mungkin kau masih bisa menyelamatkannya.

bahkan lebih baik, kau bisa meneruskannya.

Zephyr tersentak, wajahnya sakit setengah mati dan tubuhnya terasa lemas. Apa yang terjadi? Dia berusaha menoleh dengan sekuat tenaganya. “Khi...t” kucing itu terkejut dan menunjukkan wajah bahagia. “Zephyr! Kau bangun! Syukurlah!” Zephyr ingin sekali berdiri tapi tubuhnya menolak untuk bergerak, bahkan berbicara terasa menyakitkan. “jangan melakukan apapun. Aku hanya tahu sedikit masalah penyembuhan, dan tulang rahangmu retak. Aku tak bisa menyembuhkannya dengan sihir.” Zephyr menghela nafasnya, pantas saja sakit.

“aku tidak memperhatikan lingkungan tadi, seandainya aku lebih waspada...” Zephyr ingin menghiburnya, tapi wajahnya bahkan tak bisa tersenyum. Zephyr teringat sesuatu, tapi dia tidak bisa mengungkapkannya, Khitta! Bagaimana jika makhluk itu menyerang kesini?! Teriak batinnya sambil memfokuskan perhatiannya pada kucing besar itu. Khitta tampak terkejut, “benar juga, Turkwad bisa menyerang tempat ini kapan saja... Zephyr? Kau mengatakan itu tadi, ‘kan?”

Zephyr mencoba hal yang sama dengan kata ‘ya’ dan Khitta tampak senang. “kurasa kau harus melakukan itu hingga wajahmu membaik. Badanmu terasa membaik?” Khitta membantunya duduk, dan dengan sihirnya kucing itu membuat sandaran dari perak yang berkilauan. Sudah berapa lama aku pingsan? tanya pemuda itu. Khitta mengatakan dia hanya pingsan selama beberapa jam. “aku jarang sekali melihat Turkwad sedekat ini. Kurasa aku baru melakukannya 2 kali seumur hidupku sebelum ini. Jadi aku tidak cukup mengenalnya.” Zephyr menatap langit, beberapa burung terbang dengan tergesa-gesa dari pepohonan.

Sesuatu menepuk tangannya. Zephyr meliriknya sedikit, seekor sugar glider dengan ekor yang menggulung menatapnya dengan penuh harap. Hewan kecil itu tampaknya mengatakan sesuatu, tapi dia tidak mengerti dengan perkataannya. Khitta, apa yang dikatakan makhluk ini? Aku tidak mengerti. Khitta menoleh dan menyadari keberadaan tupai itu. Charget itu juga berbicara dengan ‘bahasa’ yang aneh. Sebuah percakapan tampaknya seru bagi mereka. Zephyr hanya berharap dia mengerti apa yang mereka katakan. Tepat saat riak wajah Khitta berubah membaik, tupai terbang kecil itu berlari menjauh.

Lihat selengkapnya