“angin adalah unsur alam yang nyaris tidak terlihat. Ketenangannya bisa membawa ketenangan baru bagi makhluk disekitarnya dan memberikan kehidupan. Namun kekuatannya bisa mengikis bebatuan dan meruntuhkan pohon terbesar sekalipun. Hal ini adalah sebuah perumpamaan.”
“saat ada magiacture yang mengatakan angin kepada seseorang, mereka melihat kekuatan yang besar dalam dirinya. Itulah kelebihan kami.” Perkataannya membuat Zephyr semakin bingung, dia bahkan tidak bisa mengeluarkan sihir dengan benar. “dan fakta bahwa Turkwad mati di tanganmu, itu adalah bukti kuat bahwa kau pantas disebut sebagai angin.” Khitta menghela nafas pasrah.
“benar, jika kau bisa melihat melalui mata kami, kau akan mengetahui kekuatan seseorang baik yang terbangun maupun yang tertidur.” Zephyr menatap tangannya sendiri, lalu mengepalnya karena keraguan. Apa aku benar-benar sekuat itu? Parrid bisa melihat keraguan pemuda itu, dan terbang ke bahunya. “ada apa dengan wajah itu? Bukankah kau mau mencobanya? Kekuatan yang kami lihat sebagai angin di dalam dirimu itu?”
Zephyr mengatakan dia bahkan tidak bisa bertarung dengan benar. “belum, kita bisa mengujinya. Di wilayah Rafl! Tenox! Kaswa! Atau Mandata!” Khitta terkejut bukan main, “itu wilayah sihir! Jangan bilang kau akan membawanya kesana!” Parrid menatap Khitta seolah dia telah dikecewakan. “kawan, dengar. Ini juga merupakan salah satu rencanamu bukan? Aku sempat melihat anak ini menemukan pernyataan perang dari Raven.” Pernyataan perang?!
“daripada kalian harus memburu Krótalon dan Raven dengan kekuatanmu yang masih hijau ini, kurasa kalian akan kalah dalam sekali tebas.” Khitta memikirkan perkataan burung itu, begitu juga Zephyr. Dan pada akhirnya Khitta menyerahkan keputusan pada Zephyr yang merupakan chaer. Parrid benar. Aku harus berusaha membangkitkan kekuatanku. Tapi bagaimana?
“sebentar, aku perlu waktu.” Parrid turun dari bahu Zephyr dan duduk di tanah dengan wajah yang tetap tertuju pada pemuda itu. Jika Mhir Crets ada diantara wilayah-wilayah itu, pada akhirnya kita harus mendekatinya juga bukan? Tidak buruk juga untuk menguji kekuatanku dan mencari sihir yang sesuai dengan tubuhku. “Parrid, seberapa bahaya tempat-tempat itu?” Parrid tersenyum dengan paruh itu, dan mulai berceloteh.
“tak ada magiacture disana. Hanya plagis yang memenuhi wilayah itu.” Khitta menjelaskan bahwa plagis adalah tanaman yang memiliki sihir. “tapi biar ku beritahu ini, tanaman-tanaman itu tidak pernah membual. Bila mereka bicara, hal itu murni kebenaran. Selain itu, mereka sudah cukup tua sampai bisa mengetahui keadaan seseorang dengan sedikit kontak, mereka memahami targetnya lebih dari target itu memahami dirinya.” Semangat Zephyr mendadak tersulut, membuat sebuah senyuman lebar di wajahnya, “ayo kita pergi.”
~”~”~”~”~”~
Orang itu mulai menatap wajahnya di cermin. Dia tersenyum melihat cahaya di matanya yang mulai menari-nari. Bayang-bayang malam menutupi setengah wajahnya. Rambutnya berantakan seakan tidak pernah di rapikan. Dia menyunggingkan senyum tertulusnya, memamerkan sepasang taring yang memanjang saat ia tersenyum. Matanya yang berwarna merah itu menyala di kegelapan ruangan itu. “dia sungguh bodoh, tidak berguna, dan polos. Tapi aku tertarik kepadanya. Aku akan membiarkan gunung itu memberinya banyak kesan. Agar dia layak kubunuh.”
Dia melempar sebuah dart ke sampingnya dengan kekuatan penuh, sebuah foto terpasang disana, foto seorang pelajar yang tersenyum tipis, “benar, Zephyr Atleda. Kutukan ini, takkan terputus... jika kau mati tanpa membebaskan mereka.” Gelak tawanya menggema di ruangan itu.
~”~”~”~”~”~”~”~”~”~”~”
“sejauh itu?!” teriak Zephyr mengeluh mengetahui jarak yang harus mereka tempuh. “Khitta bisa membawaku lebih cepat bukan?” Khitta menggeleng, mengatakan dia juga makhluk hidup yang memerlukan istirahat. “dan, kalaupun charget-mu menggunakan kecepatan maksimalnya, kita tetap memerlukan waktu lebih dari 2 hari untuk sampai. Asal kau tahu, wilayah ini tersebar di jarak yang cukup jauh antara satu sama lain.” Zephyr menghela nafas, dia harus mempelajari sesuatu dalam perjalanan itu, atau dia takkan bisa bertahan sendiri nantinya.
“Parrid, kau bisa mengajariku magia tidak?” Parrid menggeleng dan meminta untuk bertengger di lengan Zephyr. “dengar ini, Zephyr. Sihir itu sesuatu yang sangat sederhana, namun sangat rumit untuk di jelaskan.” Khitta menatap Parrid yang menjadi dekat dengan Zephyr dan menghela nafas. “singkatnya, untuk menemukan sihirmu, kau harus mengerti apa kekuatan jiwa milikmu. Seperti Charget-mu...”
“namanya Khitta.” Parrid langsung menyadarinya dan meminta maaf. “seperti Khitta, jiwanya memiliki kekuatan untuk mengubah ukuran tubuh, semakin besar dia, semakin banyak jiwanya mengeluarkan tenaga, karenanya dia lebih sering mempertahankanukuran tubuhnya yang kecil. Agar tenaganya tetap tersimpan.” Khitta menambahkan bahwa dia juga bisa memanipulasi mineral perak yang terkandung di tanah.
“yah.. kurang lebih begitu!” Parrid mengakhiri penjelasannya dengan suara yang memekakkan telinga. Zephyr refleks menutup kedua telinganya dan membuat Parrid terbang tidak karuan.