Hedorâ Line

Jasmin Fahma Aulia
Chapter #13

Tuan Para Penjaga

Matanya mengerjap dan mennyadari hari yang gelap. Aku masih hidup? Zephyr bangkit dan menyadari lengan kirinya di balut dengan syal miliknya. “maaf, aku tidak menemukan benda lain untuk membalutnya.” Toriad itu mendekatinya dengan wajah tertunduk, “maafkan aku, aku dikuasai dendam lamaku. Sebenarnya aku ingin melupakannya. Tapi aku malah menyerangmu.” Zephyr tersenyum, dan mengelus burung itu, Parrid merasa bersalah, namun tak ada yang bisa dia lakukan. “aku lega kau baik-baik saja, meski jika hal itu benar, rasanya tidak adil jika aku membalaskannya padamu.” Zephyr berterima kasih padanya.

“oh ya, selama kau pingsan, aku menyeretmu kemari. Kurasa mhir crets yang kau cari ada disini.” Zephyr terkejut dengan fakta bahwa dia diseret oleh burung itu. Zephyr menyisir tanah yang berumput lebat itu dan menemukan benda yang dia cari. Zephyr menghela nafas panjang, bagian keempat dari pencariannya dia dapatkan, sebentar lagi dia bisa kembali. Namun, dia malah merasa gelisah. “ada apa?” tanya Parrid.

“aku mengkhawatirkan Khitta. Apa dia baik-baik saja?” Parrid memalingkan wajahnya, dia tidak mengetahui hal itu. “Krótalon memisah jauh kita bertiga. Cukup jauh untuk membuatku memikirkan rencana kotor untuk membunuhmu,” ucap burung itu. Zephyr mengeluarkan keempat bagian Mhir Crets yang dia dapatkan dan mencoba menyusunnya. Tulisan-tulisan di dalamnya tak bisa ia baca. “Parrid, apa kau bisa membaca ini?” sayangnya, burung itu turut menggeleng.

“tulisan ini berbeda dari tulisan yang kami kenal, kurasa yang membuatnya memiliki semacam tulisan khusus.” Hedorâ! Zephyr menoleh cepat ke belakang. Dia tidak mendengarkan Parrid yang menanyakannya, dia sangat yakin seseorang memata-matai mereka. “Zephyr. Kau lelah, dan... kau kekurangan makanan sejak kita mendekati Rafl. Dan, kita lebih sering menghabiskan malam kita untuk meneruskan perjalanan.” Zephyr menghela nafas panjang.

“lalu apa pilihan yang kupunya? Membiarkan Krótalon atau Raven mendapatkanku dan menyerahkanku pada bos mereka? Tidak. Dan aku benar-benar gelisah setiap saat aku memikirkan Khitta.” Zephyr meringis, refleksnya membuat tangan kanannya mencengkram lengan kirinya. “maafkan aku,” sesal Parrid, Zephyr menggeleng tegas “bukan apa-apa.”

Pemuda itu memasukkan kembali kertas-kertas itu dan menyadari sesuatu tergeletak dalam tasnya. “mengapa aku membawa benda ini?” Parrid terkejut luar biasa saat melihat pena ranting yang Zephyr genggam. Pemuda itu langsung mengerti apa yang Parrid lihat, dan melemparnya menjauh. “BODOH! Mengapa kau membuangnya?!” Parrid mencari benda itu dan mengembalikannya. “Parrid, benda ini mirip dengan itu, ‘kan? Yang digunakan orang itu untuk mem—” Burung itu mengangguk dengan wajah yang tampak murka.

“aku membenci semua ranting-ranting kecil karena itu. Tapi, kurasa benda ini memiliki kegunaan bagimu. Jika saja kau bisa melihat yang aku lihat.” Zephyr menatap pena ranting itu dan memasukkannya kembali kedalam tas. “aku tidak sadar membawanya, ini hanya pena biasa.” Parrid tidak lagi menyinggungnya. “aku ingin mencari Khitta, tapi kemana aku harus pergi?” ujar Zephyr seraya mengepal tangan kanannya. Parrid mengeluskan kepalanya di kaki Zephyr yang diluruskan.

“malam ini cukup tenang, dan tak ada magiacture yang cukup berani untuk mendekati wilayah ini sendirian. Beristirahatlah, aku yakin kau berhak mendapatkannya.” Zephyr menatap langit berbintang malam itu dan mengangguk, “kurasa kau benar. Selamat malam, Parrid.” Zephyr meringkuk dan menutup matanya, itu adalah kalimat selamat malam pertama yang dia keluarkan di hutan itu.

“~”~”~”~”~”~”~”~”~”~”

Zephyr terbangun dengan tubuh terkunci, daging raksasa membelit tubuhnya dan mengunci pergerakannya. “KRÓTALON!” tawa menggelegar sebelum wajah ular raksasa itu menatap mata Zephyr yang berada di lilitan tubuhnya. Zephyr mengerang menahan sengatan di lengan kirinya. Krótalon menyeringai, lidahnya yang menjulur nyaris menyentuh wajah pemuda itu. “owh, nyaris sekali, kau tahu, lidahku dipenuhi racun yang terkandung di plagis tenox paling berbahaya. Jika kau menyentuhnya, kau bisa mati... hihihihishishiiiisss~” Zephyr merasa jengkel lalu mencoba meronta. “kau takkan bisa terlepas, kau tahu?” Zephyr menggertakkan giginya, “DIMANA PARRID?!”

Krótalon terkekeh lagi, “burung itu? Aku menaruhnya bersama teman kucingmu itu. Dan aku bukan seseorang yang suka memberitahu tempat persembunyian, kecuali...” Zephyr merasakan lilitan ular itu melonggar dan melepaskannya. Zephyr ingin mencoba sihirnya lagi, dia mengayunkan tangannya dan membuat angin berhembus cepat ke arah wajah ular itu. Krótalon terkena angin itu, namun dia tampak lebih senang. “hoho... kau memiliki sihir... seharusnya aku menyadari perubahan mata itu. HAHA! INI MENJADI SEMAKIN MENARIK! Ayo buat perjanjian, chaer!” Zephyr terkejut dengan ajakan itu.

“apa maksudmu?” ular itu menunjuk Zephyr dengan ekornya yang besar, “kau, gunakanlah sihir itu untuk lari dariku, dan aku akan beritahumu dimana teman-temanmu!” Zephyr merasa perjanjian itu tidak masuk akal, dia membantah hal itu dan menanyakan mengapa ular itu mau melakukannya. “ss..ss.. sss.... sudah jelas bukan? Aku akan mengejarmu, dan kau akan lari dariku menuju teman-temanmu, lalu selagi kau terkejut dengan keadaan mereka...” Zephyr langsung berlari dengan panik setelah mendengar kalimat terakhirnya.

Lihat selengkapnya