Zephyr menggunakan sihir anginnya untuk berlari lebih cepat, tapi dia hanya bisa menggunakannya selama beberapa detik sebelum terengah setengah mati. Aku tidak bisa memakainya terlalu sering. Parrid mencoba meperlambat lajunya, namun dia terus berada di depan Zephyr. Jika dalam kecepatan ini, kita akan sampai dalam lima hari. Itu terlalu lambat! Zephyr memnita Parrid untuk berhenti, dia terjatuh dengan nafas yang tersengal.
“Zephyr! Tunggu, berapa kali kau memakainya?!” Zephyr terengah dengan keringat yang deras menuruni pelipisnya, “ti... tiga kali... hahh..” Parrid terkejut luar biasa, dia tahu Zephyr memaksakan dirinya. “aku tak bisa mengejarmu, Parrid. Kau terlalu cepat!” Zephyr masih terengah dengan wajah mencium tanah. Parrid mengerti akan hal itu,tapi dia juga kesulitan menurunkan lagi kecepatan terbangnya. “baiklah, kurasa kita memang harus membuatmu mengendalikan anginmu sebelum kita tiba disana,” ujar burung itu sembari melipat sayapnya.
Zephyr menelentangkan tubuhnya dan mencoba mengendalikan nafasnya. Pemuda itu bangkit sesegera mungkin, dan mengambil pena kayu itu dari saku celananya dan menatapnya lekat-lekat. Tangan kanannya yang mencengkram bagian-bagian mhir crets yang digulung menjadi satu tak sengaja meremasnya. “apa gunanya pena ini?” ujarnya penasaran, Zephyr pun mencoba mengingat-ingat wajah Khitta dan menggambarnya di tanah dengan ujung pena itu.
Parrid tidak mengerti akan penglihatannya, dia melihat hubungan yang kuat antara sihir pemuda itu dengan penanya, namun apa? Saat Zephyr selesai menggambar, dia menatapnya dengan penuh kekhawatiran. Salahku tidak bisa menjaganya. Zephyr berangan andai saja Khitta ada di sisinya. Gambarnya di tanah menghilang. Dia terkejut dengan hal itu, dan merasakan angin bergerak di sampingnya. Zephyr tersenyum lebar melihat hal itu.
Parrid menggaruk tubuhnya dengan paruh hitam miliknya. “Zephyr, aku tak tahu apa yang bisa kau lakukan, tapi – woah...” sesosok Khitta yang terbuat dari angin yang berbelit-belit tampak berdiri tegak di samping Zephyr yang terlihat bangga. “baiklah, kau tak perlu mencari tahu. Aku sudah menemukannya.” Parrid mengangguk dengan tenang.
“dan ini menghemat energiku daripada harus mengeluarkannya langsung. Baiklah Parrid, tunjukkan pada kami Tenox itu, karena dia angin, kurasa aku harus menungganginya saat dia akan berangkat. Aku akan menghilangkannya jika terjadi sesuatu.” Parrid mempersiapkan kedua sayapnya, “baiklah, ikuti aku.” Burung itu pun melesat menuju tujuan mereka, Zephyr memasukkan tangannya kedalam angin berwujud itu dan membisikkan padanya untuk mengikuti burung itu.
Sihirnya bekerja dengan baik, namun Zephyr tidak terbawa seperti yang dia bayangkan. Angin berbentuk Khitta itu terus melesat, tapi dia tertinggal. Zephyr menepuk tangannya sambil berfikir bahwa angin itu akan hilang. Parrid kembali setelahnya dengan wajah menjengkelkan. “aku tahu itu bisa terjadi.” Zephyr menghela nafas, dia harus memikirkan jalan lain untuk menggunakan sihirnya.
“yaa... ini memang tidak akan berjalan semulus yang kita kira. Zephyr, carilah cara lain untuk memanfaatkannya.”
“itulah yang akan kulakukan.”
Zephyr terus mencoba berbagai cara untuk mengendalikan para gambar-nya. Tak ada satupun caranya yang berhasil membawa mereka menuju Tenox lebih cepat. Hari terasa semakin dingin dengan semakin dekatnya waktu menuju musim dingin. “Zephyr, aku tak mau mengatakan ini, tapi musim dingin hanya tinggal 4 hari lagi. Jika kita tidak melakukan pergerakan, kita takkan bisa menyelamatkan Khitta sebelumnya.” Zephyr menyadari sesuatu dan menoleh pada burung itu.
“Parrid, bagaimana caramu mempercepat kecepatan terbangmu?” Parrid membentangkan sebelah sayapnya “aku mengepakkan sayapku dengan sangat cepat, mendorong angin sebanyak mungkin. Lebih mirip dengan yang kau lakukan sebelum kau menggunakan benda itu. Tapi kau bilang sendiri, bukan? Itu menguras tenaga.” Mungkin. Zephyr menganalisa seluruh perbuatannya sebelum itu.