Dimana aku?
Zephyr menyadari dia berada di hutan yang sama, namun cuacanya terasa lebih hangat. Dia tidak menemukan Parrid dimanapun. Jangan lagi... dia mencari burung itu dan terhenti saat melihat seorang pria berjongkok di dekat sebuah batu. Pengembara? Zephyr langsung mendekatinya, Pria itu menoleh dan menatap Zephyr dengan wajahnya yang ramah. Zephyr merasakan kehangatan di mata pria itu hingga mulutnya terkunci.
Pria berambut hitam itu berdiri, jubah yang dia pakai di terpa angin sepoi-sepoi dan menunjukkan pakaian hitam yang tampak seperti setelan perang prajurit kerajaan. Zephyr mendengak untuk menatap wajahnya. “si.. siapa kau?” Pria itu menepuk kepalanya, dengan senyum tipis dia berkata “bukan siapa-siapa. Hanya seorang pria yang menyukai angin.” Zephyr terkejut dan memintanya memberitahu apapun yang dia tahu tentang angin.
“mengapa kau menanyakannya?” ujar pria itu.
“aku ingin mempelajarinya, agar aku bisa menguasai sihir itu.” Pria itu setuju dan menunjuk ke langit. “jika kau bertanya soal transportasi, yang kau perlukan adalah angin yang bergerak menuju tempat tujuanmu. Tapi, layaknya layar perahu, kau bisa membuat angin membawamu ke tujuanmu.” Pria itu mengajak Zephyr menuju suatu tempat. Disana mereka melihat beberapa burung yang terbang di udara.
“burung-burung itu tidak bisa mengubah arah angin, tapi mereka bisa pergi ke tujuan mereka. Mereka menggerakkan tubuh mereka, mengepakkan sayap, melayang, dan memperhitungkan kondisi angin dan tekanan udara di sekitarnya. Tapi harus kau ketahui, hanya sedikit pengguna sihir angin yang berhasil menunggangi angin dan membawanya ke tempat yang jauh,” papar sang pria sambil terus memperhatikan burung-burung itu hingga mereka tak terlihat lagi.
“jika untuk serangan, ini cukup mudah. Kau adalah pengguna sihir angin, seharusnya kau bisa membelokkan angin dengan kekuatan yang bisa di atur oleh dirimu melalui tamparan, tepisan, atau tendangan yang mengarah kepada lawanmu. Atau, kau juga bisa menarik udara di sekitarmu, dan menghembuskannya untuk membuat musuh menjauh atau menepisnya untuk membuat sebuah serangan layaknya bilah pedang.” Zephyr memandang lengannya, banyak yang dia lewatkan selama dia mempelajari sihirnya sendiri.
“angin adalah komponen alam yang kuat, karenanya, terkadang pengguna sihir ini kehilangan kendali dan menghancurkan dirinya sendiri akibat badai yang berkecamuk di dalam dirinya sendiri. Kau harus paham bahwa kau tak bisa terus menerus menggunakannya. Selain berbahaya bagi dirimu, terkadang membelokkan angin juga bisa mempengaruhi lingkungannya.” Pria itu berdiri menatap langit dengan wajah datar.
Zephyr lantas menanyakan soal sihir yang membuatnya bisa membentuk angin. Pria itu tersenyum. “tak ada hal semacam itu, angin adalah sesuatu yang bebas, kau tak mungkin membentuknya menjadi sesuatu.” Zephyrterkejut, padahal dia sangat yakin dia membuat wujud Khitta dengan udara yang berputar-putar. Pria itu menghela nafas, cahaya mentari terasa sangat silau, dan perlahan melenyapkan semua yang ada di pandangannya.
“ada apa?!” Pria itu melihat Zephyr yang panik dengan wajah serius. “tolong, jangan ulangi kesalahanku.” Zephyr mencoba meraih pria itu, namun cahaya itu sepenuhnya menguasai matanya.
~”~”~”~”~”~”~”~”~”~”
Zephyr terbangun tepat saat matahari menyinari matanya. Parrid terkejut dan menggerutu karena tertidur terlalu lama. “Zephyr? Apa kau sudah menemukan cara untuk mengendalikan hal itu?” Zephyr bergumam tidak yakin, dan bangkit menatap langit. Dia menanyakan rute menuju Tenox. Parrid terbang ke hadapan Zephyr dan menatapnya lekat-lekat. “apa yang—” Parrid memintanya untuk fokus kepada matanya.
Zephyr melakukannya, dan dia melihat gambaran perjalanan cepat menuju tempat itu. Arah itu ya? “bagaimana?” Zephyr menanyakan apa dia bisa memastikan dimana tepatnya tempat itu dari udara, Parrid lantas mengucapkan sebuah mantra dan menyentuh pundak Zephyr sebelum membumbung tinggi ke langit. Zephyr melihat apa yang Parrid lihat dari atas sana, dia pun mendengar suara burung itu meski jarak mereka sangat jauh. “kau lihat formasi pohon putih berdaun renggang itu? Itulah Tenox.”