“Lincoln...” Zephyr hendak berlari ke arah sebaliknya, namun salah satu dari mereka berpindah dengan cepat ke depannya. “Mezo! Hentikan ini! Apa kita tidak bisa menyelesaikannya dengan tenang?!” geraman Mezo menggema di lorong itu. “jatuhkan dia, turuti perintahku, Nardén!” Lincoln berlari ke arahnya dan mencengkram kedua tangan Zephyr yang panik, salah satu temannya menerjang dari belakang dan mencekik leher Zephyr dari belakang.
“Kau tahu, Z? Sihir akan menjadi kuat jika kau meneriakkanya dengan bahasa magia dengan lantang. Tunjukkan kegigihanmu, Zephyr. Apa saja yang sudah kau lakuka selama ini?” Zephyr mencoba melepaskan tangannya dari Lincoln tapi tangan itu tak kunjung terlepas. Lincoln tampak melawan dan berteriak keras “Zephyr! Serang aku dengan apa saja! Kau harus membebaskan kami, kau sudah berjanji pada pemimpin kaum kami!”
Zephyr menggeleng dengan susah payah, “Nardén bodoh, orang yang kau cengkram adalah Hedorâ, dia bisa membuatmu menderita dengan hanya sekali pukulan.” Lincoln menyergahnya, mengatakan dia tak perduli soal itu, “aku hanya ingin menghilang dari dunia ini, meski aku membencimu, aku takkan menolak jika kau menawarkan pertongan, karena itu, kau harus melakukannya!” Zephyr tidak ingin menyakiti mereka, tapi keadaan itu diperparah oleh satu lagi teman Lincoln yang memainkan pisau di tangannya.
Zephyr merasakan amarah yang memuncak, dia menoleh ke arah pembawa pedang itu dengan tatapan marah. “aéros!” angin langsung menerjang ke arahnya dan menghantamnya ke dinding. Zephyr menegangkan tangannya dan melompat dengan dorongan di kakinya. Menendang yang mencekiknya dan membanting Lincoln sekuat tenaganya. “Maaf!”
“jangan dipikirkan! Lakukan yang harus kau lakukan!” Zephyr mengumpulkan tiga orang itu di satu titik dan menggambar garis-garis di udara membentuk pagar yang menjulang ke langit-langit dan mengurung mereka. “maaf harus melakukan ini.” Lincoln tidak mempermasalahkan itu. “hajar saja Hedorâ itu untukku.” Zephyr tertunduk, dia merasa berat. “ada apa dengan wajah itu?! Kau—” seseorang meninju Zephyr menjauh. Zephyr memutar tubuhnya dan mendarat di lantai. Gadis itu berdiri dengan tatapan hampa. “Agetha...”
“MEZO! Kau sebut apa ini?! Jika kau bukan pengecut, tunjukkan dirimu padaku! Semua kaki tanganmu mengatakan ini, kau akan membunuhku dengan tanganmu sendiri!” Agetha mencengkram tangannya Zephyr dan melemparnya keluar dari gedung itu melalui jendela. Zephyr merasakan tubuhnya kaku tak bergerak. Mezo! Pemuda itu sudah menunggu di luar, matanya tertuju pada Zephyr, cahaya merah memancar darinya, “kau terlalu lama, Mezo. Seusai kau berhasil membunuhnya, kita akan menang secara keseluruhan.” Zephyr mendengar sesuatu yang aneh dari suara Mezo namun dia tak bisa melakukan apapun.
“ZEPHYR!” angin membawa Zephyr ke tanah dengan lembut. Lalu angin kencang menghantam Mezo ke tanah. Zephyr bisa menggerakkan tubuhnya dan segera merogoh saku celananya. Dia terbelalak, benda yang dia simpan disana tidak ada. “kau mencari sesuatu?” Mezo mencengkram pena itu dengan wajah datar yang menakutkan. “aku tak tahu kenapa Mezo memberikan ini tapi...” dia mematahkan pena itu, cahaya magis memudar dari pecahan-pecahan kayu itu dan menipis di udara.
“pena kakakku ini, seharusnya tidak kau berikan padanya, Mezo.” Zephyr terkejut mendengar perkataan itu, begitu juga Hera yang mendengar dari dalam gedung. “kau... jangan-jangan,” Mezo tersenyum, taringnya menyembul dari balik bibirnya “kau menyadarinya, Z? Kurasa anak ini masih memiliki empati padamu. Salam, aku Agira Ghivera, ibu dari Mezo bodoh ini.” Zephyr menggertakkan rahangnya, dia tidak percaya padanya. Apa yang terjadi padamu, Mezo?!
“~”~”~”~”~”~”~”~”