Hedorâ Line

Jasmin Fahma Aulia
Chapter #21

End of the End

Untuk ke sekian kalinya, Mezo terpukul mundur, dia bahkan tak memiliki waktu untuk berfikir. Zephyr mengayun dan menghentakkan tangan dan kakinya, membuat Mezo diterjang angin dari berbagai arah dan dihantam ke tanah. Zephyr melesat ke arahnya dengan sebilah pedang sihir di tangannya. Mezo menyadari hal itu dan berguling cepat untuk menghindarinya. Mezo terengah dan tampak terperenjat. “APA-APAAN ITU?! Kau sudah kehilangan pena itu! Kenapa kau bisa membuatnya?!” Zephyr menatapnya dengan benci.

jika kau hanya punya satu senjata, kau takkan bisa menandingi musuh yang kuat, aku mengembangkan sihir ini, sihir îma. Sihir yang kugunakan selama ini. Sekarang, aku akan menggunakannya padamu.” Zephyr menepukkan tangannya, angin besar menghantam Mezo dan menahannya tetap di tanah. Untuk pertama kalinya, Mezo menunjukkan wajah yang ketakutan. Zephyr menatapnya dengan mata merah yang menyala-nyala. Selubung sihir yang melingkupi tempat itu hancur seperti serpihan kaca yang menghilang seketika di udara, membuat hujan yang sudah berubah menjadi badai itu menghantam mereka semua.

Mezo melompat menjauh dan mencoba mempertahankan kakinya ditengah badai itu. “sudah kubilang kenapa kau tidak langsung membunuhnya?” Mezo merasa kesal, dia tidak bisa melakukan sesuatu sesuai kehenaknya, “DIAMLAH! Kau sudah tidak berhak menceramaiku, ibu.” Suara gelak tawa menggema di telinganya, membuat sebuah kebisingan di telinganya. “aku sangat berhak Mezo. Kau masih 16 tahun, tidak seharusnya kau melakukan hal berbahaya seperti ini. Apalagi, lawanmu adalah orang yang mengembara di hutan itu selama berhari-hari dan menghadapi pasukan terkuatmu. Kau salah mengambil langkah, Mezo.”

Angin tiba-tiba memusat padanya, merobek bajunya di sembarang tempat. Dinginnya es menusuk tulangnya, melukai wajah dan tangannya. Mezo bisa melihat Zephyr menatapnya dengan tatapan yang sama di jarak yang cukup jauh. Salju kemudian mengaburkan lagi penglihatannya. Mezo geram, inilah yang aku benci dari salju! Fokuslah, Mezo. Kau harus membunuhnya sekarang.

“Mezo, kehidupan seperti ini harus berakhir di generasimu.”

Mezo tersentak, suara siapa itu?! Dia merasakan sesuatu di belakangnya, bilah itu menyerempet punggungnya dari bahu kiri ke pinggang kanannya sebelum dia sempat menghindar. Erangan pilu pertama kali dia teriakkan di pertarungan itu. Zephyr menatapnya dengan bilah pedang merah di tangannya, menunjukkan kekuatan magis yang kuat berkumpul disana. Darah membanjiri tubuh sepupunya dan merembes ke kemeja abu-abu yang Mezo kenakan.

Kau tidak berhak untuk terus hidup, Agira. Untuk itu, akan kubunuh anak ini.” Wajah Mezo langsung berubah 1800, dengan raungan amarah, dia menatap Zephyr “ZOA!!!” ekor putih berkilau menghantam tubuh Zephyr menjauh, Khitta terengah melihat rekannya yang membawa pedang merah di tangannya dan pemuda lain yang bersimbah darah di punggungnya. “Zephyr! Apa maksudnya ini—?!” kakinya di cengkram oleh pemuda yang terluka itu dan kukunya menembus kedalam dagingnya.

Khitta mendorongnya dan merintih, “APA MAKSUDMU, ANAK MUDA?!” dia tidak bisa mengendalikan tubuhnya, seluruh anggota geraknya tiba-tiba bergerak sendiri dan terasa sangat sakit. “charget, ya? Baiklah, pinjamkan aku kekuatanmu.” Khitta merasakan tenaganya yang membludak di kakinya, membuat kubah perak yang bercahaya, menghalangi angin untuk masuk kedalam sana. Zephyr berdiri disana, tatapannya tidak berubah meski yang berada di hadapannya kini bukan sepupunya.

“Zephyr! Sadarlah!” Khitta tiba-tiba menerjang maju, dan Zephyr mengeluarkan pedang sihirnya lagi. “ZEPHYR!!” tebasan itu menorehkan luka besar di tubuh korbannya, pemuda Nardén itu mengerang dan langsung mengekang Zephyr. “Lepaskan aku, Hedric.” Hedric mencoba menahan sakit di dadanya, dia terus menggeleng dan memperkuat kekangannya. “Sadarlah, Z! Kau bukan orang yang kejam!” Mezo menggerakkan Khitta ke arah mereka, Zephyr langsung menembaknya dengan anginyang kencang dan membuatnya menghantam dinding perak dan pingsan.

“Zephyr! Tolonglah! Sadarlah! Aku tahu semuanya! Jika kau benar-benar Hedorâ, tolong lepaskan amarahmu! Aku mengenal ibumu, Hera Chimera, salah satu 5 chaer pertama. Aku juga sangat terpukul dengan keadaannya! Tolonglah, jangan lupakan dirimu yang sebenarnya!” Zephyr mencengkram tangan Hedric dan membantingnya ke tanah, membuatnya mengerang kuat. “Kau tahu apa tentang dia, Hedric? Ibuku adalah segalanya bagiku. Kau akan tahu itu jika kau melihatku sekarang.” Hedric bisa melihat aura yang benar-benar berbeda darinya, lengan kiri Zephyr yang terluka parah membuatnya ngeri. “tolonglah! Jika kau melakukan ini, bahkan pada keparat yang memanggil dirinya sepupumu itu, apa bedanya dirimu dengannya sekarang!?”

Mata merah Zephyr mendadak berubah, warna birunya kembali seperti semula. Dia menelusuri perbuatannya, dan rasa bersalah mulai merayapi tubuhnya. Luka panjang yang menganga di dada Hedric membuat perasaannya semakin berantakan. Dia melepaskan Hedric dan melompat mundur, dia berlutut dan mulai memaki dirinya sendiri.

Mezo melihat hal itu dan mencoba memanfaatkan Hedric yang berada di dekatnya. Seseorang seolah menepuk pundaknya, suara anak laki-laki yang sangat dia kenal berbisik di telinganya. “Kau menerima pertemanannya, kau lupa itu?” Mezo menebaskan tangannya ke samping tubuhnya, tak ada siapapun, namun suara lain mulai menghantuinya. “buatlah pilihanmu sendiri, Mezo.” Mezo menggertakkan rahangnya, SIAPA KAU!? Ia mulai menatap kedua tangannya sendiri.

Lihat selengkapnya