Hedorâ Line

Jasmin Fahma Aulia
Chapter #22

Epilogue

Sudah berakhir. Nardén terbebas dari penderitaan mereka selama bertahun-tahun. Mantra yang terdapat pada Mhir crets langsung terbaca olehku saat badai salju berhenti, mereka benar-benar berterima kasih saat aku mematahkan kutukan yang hinggap di tubuh mereka. Aku memang berhasil membebaskan mereka, tapi dengan harga yang tak ternilai. Kini sudah satu tahun sejak kejadian itu. Dokter mengatakan tanganku harus di amputasi karena luka yang aneh disana, aku tidak memberitahu mereka tentang racun itu, tapi aku baik-baik saja.

Aku menemukan catatan lama kalau ibuku pernah menyukai Hedric saat mereka pertama bertemu, lucu sekali mengingat bagaimana dia berakhir bersama ayahku yang seorang Hedorâ. Mezo mati saat lempeng perak raksasa menghantam kepalanya saat itu. Aku menyusuri jalan kota dengan langkah pelan. Menyaksikan dua anggota keluargaku mati di saat yang sama bukan sebuah kenangan yang manis, tapi aku harus tegar, demi mereka.

Aku masuk ke rumah yang berada di sampingku, kini aku mengurusnya sejak Mezo tiada. Ah, aku tak mau mengingat hari itu, selama ini aku tidak bisa mengulum senyuman penuh. Kenyataan ini benar-benar berat bagiku. Aku membersihkan ruangan-ruangan disana, dan teringat dulu saat Mezo dan aku bermain bersama di ruangan ini. Aku beralih ke kamarnya, kamar sepupuku yang pergi setelah mendapat kebebasannya. Saat aku menyapu bagian bawah ranjang yang jarang dihuni itu, aku merasakan sesuatu di ujung sapuku.

Aku menarik benda itu hingga berada di hadapanku. Apa ini? Sebuah robekan kertas foto usang yang menunjukkan seorang pemuda berambut berantakan dengan mata biru. Siapa? Aku mendengar suara pintu yang terbuka, dengan terburu-buru aku keluar dari kamar itu dan melihat ke ruangan tamu dari balkon lantai dua itu. Seseorang berambut berantakan berjalan disana, seolah mencari sesuatu. Orang itu mengenakan jubah hitam yang tampak familiar di mataku. “Hei!” dia melihatku sejenak, aku bisa melihat mata biru yang sangat indah di wajahnya.

Lihat selengkapnya