Scene 1: The Arrival Lokasi: Gerbang Utama JIFU (South Jakarta) Waktu: 08:30 WIB
Gerbang Jakarta International Foreign University (JIFU) pagi ini lebih mirip pameran GIIAS daripada pintu masuk kampus.
Sebuah Ferrari 488 Pista merah meraung, nyalip Porsche 911 GT3 yang lagi antre masuk. Suara knalpot aftermarket memekakkan telinga, rebutan atensi. Di trotoar, mahasiswa turun dari Alphard dengan outfit yang harganya bisa buat bayar UKT setahun di kampus lain. Bau uang di sini menyengat, bercampur sama aroma parfum Baccarat dan bensin oktan tinggi.
Di tengah karnaval pamer harta itu, sebuah suara mesin yang berbeda terdengar. Bukan raungan meledak-ledak, tapi dengkuran rendah yang bass-nya padat.
Vroom... grrr...
Kawasaki Ninja ZX-6R matte black meluncur masuk. Nggak ada stiker norak, nggak ada krom silau. Seluruh bodinya dibungkus warna hitam doff yang menyerap cahaya. Kaca depan (windscreen) gelap pekat.
Pengendaranya, Darren Liem, memakai helm full face hitam polos. Dia menyelip di antara spion mobil-mobil mewah itu dengan presisi bedah—nggak terlalu dekat, nggak terlalu jauh. Efisien.
Saat dia parkir di area motor (yang isinya Ducati dan Harley), Darren turun. Dia melepas helm, menyisir rambut layered-nya yang sedikit berantakan. Dia memasang kacamata bulat frame tipisnya.
Sekejap, aura rider misterius itu hilang.
Gantinya adalah mahasiswa baru yang kelihatan agak bingung, pake kemeja lengan pendek dan celana chino. Dia menepuk jok motornya pelan.
"Jangan bikin masalah pas gue nggak ada," bisiknya ke motor itu.
Di dunia di mana semua orang teriak "LIHAT GUE!", Darren adalah satu-satunya yang berbisik "Jangan sadari gue".
Scene 2: The Encounter Lokasi: Plaza Tengah Kampus (The Fountain) Waktu: 09:15 WIB
Darren berjalan sambil memeluk buku Psikologi Klinis di dada—tameng klasik introvert. Matanya yang di balik lensa menyapu area plaza.
Di dekat air mancur, kerumunan kecil terbentuk. Pusat gravitasinya adalah satu orang.
Jonathan Long.
Pewaris Earth Dragon Clan itu duduk di pinggir air mancur kayak raja duduk di singgasana. Dia pake kaos branded ketat yang nonjolin dada bidangnya, dibalut blazer gelap. Di depannya, seorang mahasiswa beasiswa lagi nunduk, mukanya pucat.
"Gue nggak bilang loe nggak boleh duduk di situ," suara Jonathan tenang tapi menindas. "Gue cuma bilang, view gue jadi jelek karena ada loe."
Mahasiswa itu buru-buru membereskan barangnya dan pergi. Jonathan cuma senyum tipis—senyum pemangsa yang kenyang.