Heir of Shadows

R. Rusandhy
Chapter #3

SHADOWS & LIGHT

Scene 1: The Glitch in The Matrix Lokasi: Ruang Kuliah 402 - Psikologi Dasar Waktu: 10:30 WIB

Ruang kuliah itu hening. Dosen tamu, Profesor Hendra (seorang kriminolog pensiunan), baru aja muter video interogasi buronan kasus korupsi di layar proyektor raksasa.

"Oke, class," Profesor Hendra mematikan proyektor. "Dari klip 30 detik tadi, subjek bilang dia 'tidak tahu menahu'. Tapi gestur tubuhnya bilang lain. Ada yang bisa tunjukin di mana letak kebohongannya?"

Hening. Mahasiswa-mahasiswa JIFU yang kebanyakan masuk karena 'jalur orang dalam' cuma saling pandang. Ada yang sibuk main HP, ada yang pura-pura nyatet.

Darren, yang duduk di barisan tengah, tanpa sadar ngegumam pelan sambil muter pulpennya.

"Otot corrugator supercilii."

Sialnya, akustik ruangan ini terlalu bagus. Suara pelan Darren terdengar jelas.

Profesor Hendra nengok. "Kamu. Yang pakai kacamata. Ulangi."

Darren tersentak. Shit. Dia lupa nurunin volume otaknya.

Semua mata tertuju ke dia. Termasuk beberapa anak geng Jonathan yang duduk di belakang.

"Eh... itu, Prof," Darren berdiri kikuk. "Alisnya?"

"Jelaskan," desak Profesor.

Darren nelen ludah. Insting analisisnya mengambil alih. "Di detik ke-12, alis kirinya berkedut ke dalam kurang dari seperempat detik. Itu bukan tanda bingung, itu tanda distress—tekanan mental akut. Terus dia nyentuh leher belakangnya—mekanisme pertahanan diri primata untuk ngelindungin carotid artery saat merasa terancam. Dia nggak bingung, Prof. Dia takut ketahuan."

Hening.

Hening yang panjang.

Profesor Hendra natap Darren dengan mata membelalak kagum. Seisi kelas nganga. Analisis itu terlalu presisi. Terlalu tajam untuk mahasiswa semester awal. Itu analisis level detektif senior.

Darren sadar dia baru aja ngebuka topengnya sedikit. Alarm bahaya di kepalanya bunyi. Too sharp. Too smart. Danger.

Darren langsung garuk-garuk kepala, masang muka bego.

"Ehh... setidaknya itu yang saya tonton di YouTube kemarin, Prof. Channel 'Psychology Hacks' atau apa gitu... hehe. Keren ya kontennya?"

Ketegangan di ruangan langsung cair. Beberapa mahasiswa ketawa ngeremehin.

"Yaelah, korban YouTube," celetuk salah satu mahasiswa.

Profesor Hendra kelihatan sedikit kecewa, tapi dia ngangguk. "Teori YouTube kamu... kebetulan benar. Duduk."

Darren duduk kembali, menghela napas panjang. Jantungnya berdetak normal, tapi batinnya ngomel. "Control yourself, Liem. Don't show off."

Scene 2: The Warmth Lokasi: Taman Kampus (Area Terbuka) Waktu: 12:15 WIB

Darren duduk sendirian di bangku taman, ngejauh dari keramaian kantin. Dia lagi nyobek roti tawar, sebenernya kangen makan siang masakan Paman di rumah.

"KYAAA! Kak Lina!!" "Kak Lina, boleh minta foto nggak?"

Suara riuh terdengar dari arah koridor. Sekelompok mahasiswa ngerubungin satu titik kayak semut nemu gula.

Lihat selengkapnya