Heir of Shadows

R. Rusandhy
Chapter #5

CHAIN REACTION

Scene 1: The Aftermath (Puppets & Masters) Lokasi: Split Screen - TV Nasional & Markas Earth Dragon Waktu: 09:00 WIB

Di layar TV besar di lobi apartemen mewah, wajah Victor Hartanto memenuhi frame. Dia memakai batik sutra yang rapi, wajahnya memancarkan aura 'bapak bangsa' yang prihatin.

"Ini adalah tragedi bagi komunitas bisnis kita," ucap Victor dengan nada lembut yang terlatih. "Kekerasan di Glodok tidak mencerminkan nilai-nilai persaudaraan kita. Hartanto Group siap memfasilitasi dialog damai dan... tentu saja, membantu menjaga keamanan aset di wilayah tersebut."


Jutaan pemirsa di rumah mengangguk, terharu. "Wah, Pak Victor emang orang baik," pikir mereka.

CUT TO:

Markas Besar Earth Dragon - Jakarta Utara.

PRANG!!

Sebuah vas keramik antik dinasti Ming hancur berkeping-keping dihantam ke dinding.

Andy Long—Sang Naga Hitam—berdiri dengan napas memburu. Dadanya naik turun. Urat-urat di lehernya menonjol. Di tangannya, sebuah gelas kristal hancur menjadi bubuk kaca hanya dengan remasan jari-jarinya yang berlatih Iron Conditioning.



"DIALOG DAMAI TAI KUCING!!" raung Andy. Suaranya menggetarkan kaca jendela ruangan itu.

Di depannya, Jonathan Long berdiri diam, tapi matanya menyala dengan dendam dingin.

"Paman Liu mati di kandang mereka, Pa. Di meja makan mereka," desis Jonathan. "Ini bukan cuma pembunuhan. Ini penghinaan."

Andy berbalik, menatap putranya dengan mata merah. "Hancurkan Benteng Utara. Bakar restorannya. Kalau perlu, ratakan seluruh Glodok sampai si tua Hendra nyerahin tanahnya sebagai ganti rugi darah."

"Mulai hari ini," Andy mengepalkan tangannya yang penuh cincin batu giok, "Chinatown adalah zona perang."



Lihat selengkapnya