Scene 1: Crime Scene Infiltration Lokasi: Kwangtung Oriental - Disegel Garis Polisi Waktu: 02:00 WIB (Dini Hari)
Restoran itu gelap gulita, dikelilingi garis kuning POLICE LINE DO NOT CROSS. Dua polisi jaga di depan lagi asik ngerokok sambil main slot di HP, nggak sadar kalau ada bayangan yang bergerak di atap ruko sebelah.
Darren nggak masuk lewat pintu. Terlalu amatir.
Dia melompat tanpa suara dari atap tetangga ke balkon lantai 2 Kwangtung Oriental. Pendaratannya diredam sempurna oleh teknik Wind Step—bahkan debu di lantai nggak sadar dia ada di sana . Dia mencungkil kunci jendela dengan kawat kecil. Klik. Terbuka dalam 3 detik.
Darren masuk. Bau amis darah yang sudah mulai membusuk langsung menyengat.
Dia menyalakan senter UV kecil dari sakunya. Sinar ungu menyapu ruangan private itu.
Cipratan darah di lantai. Posisi meja yang terguling. Garis kapur tempat mayat Liu ditemukan.
Darren jongkok, matanya menyipit di balik kacamata (yang sekarang dia pake lagi buat protection, bukan disguise).
"Rekonstruksi," batinnya.
Di kepalanya, bayangan Liu Kang Wei muncul. "Korban duduk di sini. Pembunuh masuk dari sana. Tidak ada tanda perlawanan berarti di kursi. Artinya serangan pertama langsung fatal."
Darren menyentuh noda darah kering di meja. "Tusukan tunggal. Menembus rusuk ke 4 dan 5. Langsung ke jantung. Koki nggak menusuk kayak gini. Koki mengiris, memotong. Ini tusukan militer. Efisien. Dingin."
Darren mengendus udara di dekat area tumpahan darah. Ada bau samar yang tertutup bau besi darah, tapi hidung terlatih Darren menangkapnya. Bau pahit, apek, sedikit manis.
"Aconite," bisik Darren. "Dicampur empedu ular untuk mempercepat penyebaran ke pembuluh darah."
Dia berdiri, mematikan senter.