Scene 1: The Pristine Ghost (Morning After) Lokasi: Safe House Liem - BSD (Kamar Mandi Utama) Waktu: 04:00 WIB (Subuh)
Jendela lantai dua terbuka tanpa suara sedikit pun. Angin subuh berhembus masuk, membawa sosok berpakaian serba hitam yang mendarat di karpet tebal dengan kelembutan seekor kucing.
Darren Liem berdiri tegak. Dia menarik napas panjang, mengatur ritme jantungnya kembali ke 60 bpm.
Dia berjalan ke kamar mandi, menyalakan lampu kuning remang. Di depan cermin besar, dia melihat pantulan dirinya.
Kemeja hitam taktisnya bau apek—campuran aroma oli mesin kapal, garam laut, dan asap rokok kretek murahan. Di celananya ada debu residu dari tumpukan kontainer. Sepatu boots-nya sedikit berlumpur.
Tapi fisiknya? Pristine.
Nggak ada lebam. Nggak ada goresan. Nggak ada napas ngos-ngosan. Dia baru saja menghabiskan 4 jam menyusup ke sarang South Sea Clan, salah satu klan paling barbar di Jakarta, dan dia pulang seolah baru balik dari minimarket. Stamina dan kontrol tubuhnya ada di level monster.
Darren menyalakan keran air. Saat dia membasuh muka, memori 4 jam lalu berputar di kepalanya seperti film taktis.
[FLASHBACK - 4 JAM LALU - PELABUHAN TANJUNG PRIOK]
POV: High Ground - Atas Crane
Darren jongkok di ujung crane setinggi 30 meter. Angin laut kencang menerpa rambutnya yang disisir ke belakang, tapi tubuhnya diam tak bergerak seperti patung gargoyle.
Matanya yang tajam, dibantu monokular taktis, membedah area di bawah.
"Gudang A: Lampu sorot aktif. 4 penjaga patroli rotasi 15 menit. Terlalu terang. Itu umpan."
Matanya geser ke kanan.
"Gudang B: Gelap total. Pintu sedikit terbuka. Jebakan klasik. Siapa pun yang masuk situ bakal disambut crossfire."
Matanya mengunci bangunan di dekat dermaga basah.
"Gudang C. Aktivitas bongkar muat minimal tapi dijaga 'Elite' South Sea. Bau amis ikan nutupin bau bahan kimia. Itu targetnya."
Di bawah sana, puluhan anak buah Ferdy Antonio lagi main kartu sambil mabuk. Mereka kasar, berisik, senjata api rakitan tergeletak sembarangan.
"Disiplin nol. Tapi jumlah banyak. Kalau gue ketauan, satu pelabuhan bakal ngepung gue. Silent infiltration is the only way."
Tiba-tiba, siluet seorang pria kurus tapi lincah terlihat membentak anak buahnya. Giginya berkilau emas di bawah lampu jalan.
Ferdy "Mabok" Antonio.
"Gerakannya patah-patah tapi cepat. Unpredictable. Dia nggak mabuk, dia 'high' adrenalin. Bahaya."
[BACK TO REALITY]