Scene 1: Victor’s Wrath (Cold Business) Lokasi: Penthouse Hartanto Tower - Ruang Kerja Victor Waktu: 01:00 WIB
Ruangan itu hening, cuma terdengar denting halus sendok perak mengaduk cangkir porselen. Victor Hartanto duduk di kursi kulitnya, memandang lampu kota Jakarta dari ketinggian lantai 50. Dia memakai piyama sutra emas, tapi matanya terjaga penuh.
Pintu terbuka. Mr. Gen, bodyguard setianya, masuk sambil menunduk hormat. "Tuan. Ada kabar dari pelabuhan." "Katakan," jawab Victor tanpa menoleh. "Gudang 4 terbakar sebagian. Ferdy Antonio ditemukan tewas. Leher digorok, jatuh dari ketinggian. Barang titipan... hilang."
Tangan Victor berhenti mengaduk. Hening tiga detik. Victor tidak melempar cangkir. Dia tidak berteriak marah seperti Andy Long. Dia hanya menghela napas panjang, seolah baru saja mendengar kalau saham salah satu perusahaannya turun 2 poin.
"Ferdy..." gumam Victor, nadanya kecewa seperti orang tua yang melihat anaknya gagal ujian. "Dia anjing yang setia, tapi terlalu berisik. Dan sekarang dia mati karena menggonggong pada bayangan yang salah."
Victor menyesap tehnya. "Barang bukti hilang. Itu masalah. Kalau polisi atau Andy Long menemukan mayat Ferdy dengan kondisi begitu, mereka akan bertanya siapa yang cukup gila membunuh Iblis Laut di kandangnya sendiri."
Victor menoleh ke Mr. Gen. Tatapannya sedingin es. "Panggil Hansen. Bilang padanya, kontrak 'Sanitasi' aktif. Bersihkan pelabuhan sebelum matahari terbit. Dan cari tahu siapa 'tamu' yang membuat kekacauan ini."
"Baik, Tuan."
Victor kembali menatap jendela. "Alat yang rusak bisa diganti. Tapi tikus yang merusaknya... harus dibasmi."
Scene 2: The Professional Lokasi: Gudang 4 - TKP (Crime Scene) Waktu: 01:45 WIB
Pelabuhan itu kini sunyi. Tidak ada sirine polisi. Tidak ada kerumunan warga. Kenapa? Karena perimeter sudah dikuasai oleh East Wing Faction.