"Sunscreen juga bisa bikin kulit alergi sama ruam juga. Emang kamu gak takut?" tanya Pak Chandra.
Mentari menghela napas pelan. "Sempet takut sih, dulu sempet gak cocok pake sunscreen akhirnya jadi gatel-gatel bahkan jerawatan juga . Jadi nyari lagi merek sunscreen lain."
"Itu kamu tahu."
"Tapi kalo gak pake sunscreen-"
"Kamu gak akan mati cuma gara-gara gak pake sunscreen. Kamu kan gak keluar kelas sepanjang waktu di sekolah. Kadang kalo jajan juga nitip, 'kan? Padahal jalan ke kantin itu gak ada yang sampe harus panas-panasan, kecuali kamu muter lewat ke lapangan. Upacara gak pernah ikut, materi outdoor juga. Lihat, kulit kamu itu makin hari tambah pucat." Chandra berujar.
"Gak heran kalo Galang manggil gue zombi," batin Mentari seraya menatap kedua tangannya.
"Gak usah sedih. Semua manusia itu punya kekurangan, 'kan? Tapi mereka juga diberi kelebihan. Cantik, misalnya."
Mentari berkedip dua kali. "Hah?" Ia menoleh ke sebelahnya namun guru olahraganya itu sudah beranjak dari posisinya.
"Kalian ini ngeliatin apa? Kenapa berhenti?" Pak Candra meniup peluit dan berjalan kembali ke lapangan. "Waktu istirahat masih lama. Squat jump sepuluh kali!" titahnya dan kembali disusul suara peluit.
Semua murid langsung mengeluh dan mereka melakukan squat jump di tempat. Sementara itu, Mentari masih berusaha mencerna ucapan guru olahraganya.
"Fobia gue sama cantik gak ada hubungannya, 'kan? Dasar guru aneh," ujarnya.
BRUKKK
Mentari seketika menoleh ke belakangnya saat mendengar sesuatu. Ia melihat tumpukan buku-buku paket berserakan di lantai dan seseorang tampak berusaha membereskannya. Bersamaan dengan itu, ia melihat seseorang yang berlari menyusuri koridor. Akhirnya, Mentari pun beranjak dari bangku dan mendekat ke sana.
"Buku paket segini banyaknya kok lo bawa sendiri? Mana temen lo?" tanya Mentari seraya memunguti satu per satu buku paket di lantai.
"Lagi ke toilet. Sori ya, lo jadi ikut repot."
Mentari tertawa pelan. "Iya, gak apa-apa. Santai aja kali. Yang harusnya minta maaf itu orang yang barusan nabrak lo." Ia memberikan buku di tangannya pada orang itu. "Tunggu! Lo kan-" Mentari mengamati dengan baik wajah lelaki di depannya.
"Lo ... Mentari Putri, 'kan?"
Sumpah, ini orang gak hilang ingatan lagi kah?
Mentari mengamati wajah Alan dengan baik. Jaga-jaga kalau kali ini dia benar-benar salah orang.
"Kelas lo bukannya lagi jam olahraga? Kenapa lo gak ganti baju?"
Mentari seketika berkedip. "Kenapa lo bisa tahu kalo kelas gue lagi jam olahraga?"